INJIL, apakah kita sudah layak untuk menerimanya?
Sekitar 4 tahun yang lalu saya menerima email dari seseorang ibu dari Zimbabwe. Dia berkata almarhum suaminya memiliki uang di sebuah bank sebesar 18 juta USD. Dia minta saya menerima uang tersebut untuk saya miliki. Dia meminta nomor rekening bank saya. Reaksi saya pada waktu itu, bahwa email itu terlalu baik dan tidak mungkin benar.
Suatu saat ada seorang teman hendak meminjam saya uang sebesar Aud 10,000. Dia berkata, dia telah mengeluarkan biaya sebesar Aud 2,500, dan kini dia butuh 10 ribu lagi untuk biaya pengeluaran dana dari Uganda sebesar 120 juta dollar. Saya tolak dan berkata bahwa dia telah ditipu. Kemudian dia merasa saya jahat, karena tanpa 10 ribu, akhirnya dana sebesar itu tidak dapat keluar, dan uangnya yang 2500 hilang.
Anda dan saya pasti berpendapat bahwa email dan SMS semacam itu adalah hoax, karena tidak mungkin ada seseorang yang begitu murah hati mau memberi kita sejumlah uang tanpa kita harus menjual atau melakukan apapun.
Injil juga demikian. Injil yang murni menawarkan kita kehidupan kekal, pengampunan atas semua dosa kita tanpa syarat apapun. Selain kehidupan kekal, kita juga akan menerima berbagai macam rejeki, suka cita, dan kesembuhan. Kita yang sudah begitu terbiasa harus membayar segala sesuatu yang kita terima, akan sulit bisa percaya akan janji keselamatan tersebut.
Ketidak percayaan kita akan kebaikan Tuhan tanpa syarat, membuat merasa bersalah menerima suatu yang begitu berharga tanpa harus melakukan apapun, kecuali hanya menerima. Kemudian kita menciptakan berbagai syarat tambahan, harus melakukan ini, membuat standar moral tinggi sebagai syarat menerima anugerah, dan menciptakan istilah "bayar harga" . Kita kemudian berusaha membuat diri kita "layak" menerimanya, walaupun tidak ada yang bisa mendefinisikan standar kelayakan yang bisa diterima.
Email dan SMS semacam itu adalah hoax. TETAPI INJIL BUKAN HOAX. Memang kedengarannya terlalu baik, tetapi kenyataannya memang terlalu baik.
Mari kita buang segala macam syarat tambahan ciptaan manusia, dan kembali kepada Injil Kasih karunia yang murni.
NS