25 June, 2014

Selamat Jalan



2 sekaligus


http://manado.tribunnews.com/foto/bank/images/dua-jenazah-pendeta-di-gspdi.jpg

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Seluruh gembala dan jemaat Gereja Pantekosta Serikat di Indonesia (GPSDI) Alfa Omega, Minggu (22/6/2014) sekitar pukul 15.00 Wita, menghadiri pelepasan jenazah dan pemakaman Pendeta Jeffry Mozes Rumalay. Pasutri yang tewas kecelakaan lalu lintas di Jalan Trans Sulawesi di Desa Sapa, Minahasa Selatan, tersebut dimakamkan di pekuburan di Paniki Dua, Mapanget.
Seribuan orang hadir dalam pelepasan jenazah kemarin. Mereka datang dari Kotamobagu, Amurang, Tungoi, Lolak, Inobonto, Ratatotok, Bitung, Tondano, Tomohon, Kawangkoan dan Manado. Turut hadir Pendeta Marthen Baker dari GPSDI Ambon, seluruh gembala-gembala sidang beserta keluarga. Keluarga almarhum Rumalay dari Surabaya serta keluarga almarhumah Alma dari Ambon dan Balikpapan juga hadir.
Ketua Sinode GPSDI Jakarta Pendeta Aming memimpin ibadah pelepasan di rumah duka. Dalam renungannya ia menyebut GPSDI telah kehilangan hamba Tuhan yang setia, yang punya visi dan misi memenangkan jiwa Kristus.
Adapun ibadah pemakaman dipimpin Pendeta Jimmy Sinambela dari Amurang. Semua tampak hanyut dalam kesedihan dan keharuan melepas keduanya dimakamkan.
"Kami telah kehilangan hamba Tuhan yang setia," ujar Atje Winerungan, kakak paling tua almarhumah Alma.

Laporan wartawan Tribun Manado Handhika Dawangi
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Banjir tangisan dari sanak saudara dan jemaat saat dua jenazah pendeta digotong bergantian dari rumah duka menuju gereja, Sabtu (21/6/2014), pukul 13.11 Wita. Pendeta Mozes Jefry Rumalay (43) dan Alma Dewi Winerungan (45) sang istri tewas dalam laka maut di Minahasa Selatan kemarin.
Saat ini kedua jenazah sementara dipindahkan dari rumah duka yang berada di kelurahan Paniki Dua, Jalan Salak IV No 22, menuju Gereja GPSDI untuk disemayamkan.  Sebelumnya dilakukan terlebih dulu ibadah singkat. Gerobak jenazah warna cokelat digunakan untuk membawa jenazah sudah stand bay sejak pagi.
Pertama dipindah jenazah Pendeta Mozes, saat dipindah sanak saudara masih menangis dan histeris di samping jenazah Alma Dewi.
Menurut informasi yang dihimpun Tribun Manado di lokasi kejadian, ini kronologi kecelakaan maut di Desa Sapa Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan.
Daihatsu Luxio nahas itu ditumpangi Pendeta Mozes dan istri, serta lima penumpang lainnya. Menurut saksi mata, Daihatsu Luxio melaju menuju arah Desa Ongkau. Saat mobil tersebut berusaha mendahului sebuah truk di depannya, tiba-tiba dari arah berlawanan, muncul bus besar jurusan Palu-Manado ke arah Amurang.
Sopir kemudian mencoba menghindari tabrakan dengan bus, membanting setir ke kanan. Mobil sempat bersenggolan dengan bus, lalu terguling- guling. Pendeta Mozes dan istri pun tewas di tempat.(*)

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Pendeta Mozes Jefry Rumalay (43) dan Alma Dewi Winerungan (45) sang istri tewas dalam laka maut di Minahasa Selatan kemarin, akan dimakamkan besok, Minggu (22/6/2014). Hal tersebut disampaikan Kakak dari Alma Dewi yakni Pendeta Shelby Winerungan.
"Rencananya jenazah akan dimakamkan besok pukul 12.00 Wita," ujarnya. Pengurus daerah Sinode GPSDI Suluttenggo juga direncanakan akan hadir dalam pemakaman tersebut..

Saat ini kedua jenazah sudah berada di Gereja GPSDI.(*)
http://manado.tribunnews.com/2014/06/21/breaking-news-banjir-tangisan-saat-dua-jenazah-pendeta-digotong
http://manado.tribunnews.com/2014/06/21/update-kedua-anak-pendeta-mozes-menangis-histeris
http://manado.tribunnews.com/2014/06/22/christy-tumben-papa-tak-bisa-tidur

Pdt Jefry Rumalay dan Pdt. Alma Winerungan


TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Jemaat di Gereja Alfa Omega Perum Paniki Manado terkejut mendengar Pendeta Mozes Jefry Rumalay (43) tewas dalam kecelakaan di Minahasa Selatan.
Kesedihan mereka semakin dalam ketika istri sang pendeta, Alma Dewi Winerungan (45) pun tak tertolong jiwanya.
Pasangan ini merupakan pelayan di Gereja Jemaat Alfa Omega Perum Paniki Manado, yang sangat dicintai jemaatnya.
Keduanya tewas dalam kecelakaan maut di Desa Sapa Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan, Jumat (20/6/2014).
Menurut informasi yang dihimpun Tribun Manado di lokasi kejadian, Daihatsu Luxio nahas itu ditumpangi Pendeta Mozes dan istri, serta lima penumpang lainnya.
Menurut saksi mata, Daihatsu Luxio melaju menuju arah Desa Ongkau. Saat mobil tersebut berusaha mendahului sebuah truk di depannya, tiba-tiba dari arah berlawanan, muncul bus besar jurusan Palu-Manado ke arah Amurang.
Sopir kemudian mencoba menghindari tabrakan dengan bus, membanting setir ke kanan. Mobil sempat bersenggolan dengan bus, lalu terguling- guling. Pendeta Mozes dan istri pun tewas di tempat.
Para korban tersebut langsung dibawa ke Rumah Sakit Amurang yang dekat dengan lokasi kejadian tersebut.
Kemudian tiga korban lain yang mengalami luka-luka langsung dirujuk ke Rumah Sakit Prof Kandou Malalayang.
Sementara lokasi kecelakaan langsung digaris polisi. Beberapa warga melihat dan mengabadikan lokasi kejadian dengan kamera handphone.
Menurut seorang anggota Lantas Polres Minsel, Bripka Stenly Youdy Pakekong, bahwa Daihatsu Luxio memang berusaha melambung truk, namun dari berlawanan arah muncul Bus Jawa Indah sehingga tabrakan tak terelakkan.
Saat itu, kata Stenly, sopir mobil Luxio bersama barang bukti mobil sudah diamankan di Polres Minsel. "Kami menduga ada kelalaian dari sopir Luxio ini karena kendaraan keluar jalur," katanya.
Masih menurut Stenly, penumpang Luxio merupakan rombongan dari Gereja Pantekosta Serikat di Indonesia (GPSdI) Jemaat Alfa Omega Perum Paniki Manado. Pendeta Mozes juga tercatat sebagai Pengurus Daerah GPSdI Suluttenggo.
"Mereka akan ke Desa Ongkau untuk melakukan ibadah di rumah salah satu jemaat di sana," katanya.
Menurut informasi, pendeta Mozes akan memimpin ibadah duka di rumah jemaatnya.
Kedua korban tewas sudah divisum dan Polres Minsel terus menyelidiki kasus kecelakaan tersebut. (dru/ryo)
Anda bisa membaca berita ini selengkapnya di Tribun Manado edisi cetak terbit hari ini, Sabtu (21/6/2014).

Je dan Alma



In Memoriam of Jefry and Alma...

Ini Kronologi Kecelakaan yang Tewaskan Dua Pendeta

TRIBUNMANADO.CO.ID, AMURANG - Kronologi kecelakaan maut di Desa Sapa, Jumat (20/6/2014):

* Daihatsu Luxio dari Manado menuju Desa Ongkau di Minsel.

* Kala melintas di jalan lurus di Desa Sapa, Minsel, Luxio berusaha mendahului truk.

* Ketika Luxio berada di sisi truk, muncul dari arah berlawanan bus jurusan Palu Manado.

* Sopir Luxio membanting setir ke kanan, sempat menyenggol bus, lalu terguling-guling.

* Dua penumpang tewas, tiga mengalami luka berat.

Yesus

Yesus Kristus menyelamatkan kita secara sempurna—satu kali untuk selama-lamanya.

Yesus Kristus membenarkan kita secara sempurna—satu kali untuk selama-lamanya.

Yesus Kristus menguduskan kita secara sempurna—satu kali untuk selama-lamanya.

Karena itu, kita tidak bertumbuh dalam keselamatan—semakin hari semakin selamat.

Kita tidak bertumbuh dalam kebenaran—semakin hari semakin benar.

Kita juga tidak bertumbuh di dalam kekudusan—semakin hari semakin kudus.

Tidak. Mengharapkan pertumbuhan dalam keselamatan, kebenaran, dan kekudusan kira-kira seperti mengharapkan pohon apel bertumbuh menjadi semakin apel.

Lalu, dalam hal apa kita bertumbuh?

Kita bertumbuh dalam memahami keselamatan, kebenaran, dan kekudusan yang sudah dianugerahkan secara sempurna kepada kita.

Kita semakin bertumbuh dalam mengenali keselamatan, kebenaran, dan kekudusan yang sudah dianugerahkan secara sempurna kepada kita.

Kita semakin bertumbuh dalam mengungkapkan keselamatan, kebenaran, dan kekudusan yang sudah dianugerahkan secara sempurna kepada kita.

Dalam proses pertumbuhan itu, kita masih mungkin gagal, kita masih mungkin menyimpang, kita masih mungkin bertindak tidak selaras dengan keselamatan, kebenaran, dan kekudusan kita.

Tetapi, tidak menjadi masalah, karena itu bagian dari proses pertumbuhan—sama seperti pohon apel bisa jadi terserang hama penyakit atau perlu menunggu beberapa waktu sebelum berbuah.

Tetapi, tidak menjadi masalah, karena keselamatan, kebenaran, dan kekudusan kita tidak lagi naik-turun berdasarkan usaha dan kesalehan kita, melainkan menetap berdasarkan keselamatan, kebenaran, dan kekudusan yang dianugerahkan Kristus secara sempurna—satu kali untuk selama-lamanya. Kalau ada pohon apel yang terserang hama penyakit atau belum berbuah bukan berarti ia berubah menjadi pohon duku, bukan?

Dan yang terpenting dan yang terutama, kita tidak dibiarkan bertumbuh sendiri. Kita ditanam di ladang-Nya—lebih baik lagi: kita ditanam di dalam Dia. Dan, Dialah Petani Agung kita.

Dialah yang memelihara kita, membersihkan ranting-ranting kita, memulihkan kita dari segala serangan hama penyakit.

Dialah yang mengalirkan getah kehidupan-Nya melalui ranting-ranting kita; Dialah yang menumbuhkan kita; Dialah yang memunculkan buah keselamatan, kebenaran, dan kekudusan dalam kehidupan kita, menurut waktu dan cara-Nya, bagi kemuliaan-Nya.

Di dalam Dia, "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara."