26 November, 2016

Jaminan keselamatan

*JAMINAN KESELAMATAN (1X untuk selamanya / Aorist Tense).*

Dapatkah suatu tindakan iman yang terjadi sekali itu "menyelamatkan" jika itu tidak berkelanjutan? Dapatkah tindakan iman itu berhenti dan janji keselamatannya tetap masih diterima? Abraham percaya kepada Allah dan itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran (Kej 15:6). Jika iman Abraham berhenti (berakhir), akankah kebenaran yang dianugerahkan itu berhenti?

Dari Alkitab, kita tahu bahwa "iman" dimulai sebagai suatu tindakan sekali waktu yang telah lengkap (aorist tense) tapi terus berlangsung dalam kehidupan Kristen sebagaimana arti yang dibawa oleh tanda waktu kalimat present tense bahasa Yunani. Perintah-perintah yang diberikan dalam present tense diharapkan memiliki aplikasi yang terus-menerus atau berulang. Ketika menggunakan present tense, jika kita mau memasok kata-kata atau frasa-frasa berikut untuk pembaca Alkitab, kita akan secara signifikan meningkatkan pemahamannya tentang ayat-ayat Alkitab. Kata-kata ini adalah: secara berulang kali; yaitu lagi dan lagi (terus-menerus), secara konstan, secara berkesinambungan, secara lazim, sebagai suatu kebiasaan atau gaya hidup, atau secara tanpa terputus.

Pertimbangkanlah ayat-ayat berikut dan bagaimana present tense bahasa Yunani mempengaruhinya:

Yoh 3:16 – "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya (present tense: percaya dan terus-menerus percaya) kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Ibr 10:14 – Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan. (present tense: mereka yang dikuduskan (dipisahkan) dan terus-menerus dipisahkan, dimana satu korban itu telah menyempurnakan selamanya. The New King James Version mengatakan "dikuduskan". The New International Version mengatakan "dibuat menjadi suci.").

1 Yoh 3:9 – "Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi (present tense: yaitu, ia tidak terus-menerus berbuat dosa sebagai gaya hidupnya, menunjukkan hati yang bertobat); sebab benih ilahi tetap ada (present tense: benih Allah tinggal dan terus tetap tinggal) di dalam dia dan ia tidak dapat (present tense: sebagai gaya hidup atau tanpa terputus) berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah."

Mark 1:15 – kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (present tense: yaitu, bertobat dan terus-menerus bertobat sesering situasi atau kebutuhan muncul), dan percaya (present tense : yaitu, percaya dan terus-menerus percaya) Injil.

Yoh 5:24 – Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya (present tense: dan terus-menerus percaya) kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Luk 15:7 – "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat (present tense: dan terus berlanjut dalam pertobatan, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.""

Kisah 17:30 – "Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan (KJV: memerintahkan) (present tense: terus-menerus memerintahkan) kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat. (present tense: dan melanjutkan dalam pertobatan).

Yoh 6:47 – Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya (present tense: dan terus-menerus percaya), ia mempunyai hidup yang kekal.

Rom 4:5 – Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya (present tense: dan terus-menerus percaya) kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.

Kisah 26:20 – "Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka harus bertobat (present tense: dan terus-menerus dalam pertobatan) dan berbalik (present tense: dan terus berbalik / berubah menuju) kepada Allah serta melakukan (present tense: serta terus-menerus melakukan karya-karya atau perbuatan-perbuatan yang membuktikan pertobatan Anda) pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu."

Kesimpulan :
Present tense digunakan ratusan kali dalam Alkitab. Bukan maksud saya untuk menampilkan semua ayat kitab suci yang berhubungan dengan subjek ini. Kebenaran tentang iman yang menyelamatkan adalah bahwa hal itu terjadi terus-menerus dan diajarkan oleh gereja mula-mula. Kemudian satu dari teologi modern, Calvinisme, yang mengakui jaminan kekal, mengajarkan bahwa orang-orang percaya sejati memang dapat tersandung atau jatuh, tapi mereka tetap akan bertahan dalam iman Kristen (1 Kor 1:8). Mereka yang percaya keamanan yang kekal percaya juga bahwa orang Kristen sejati telah mengalami kematian terhadap dosa dan tidak akan berlanjut di dalamnya (Rom 6:1-3).
Mereka yang kemudian akhirnya akan berbalik dari Kristus menunjukkan bahwa mereka tidak pernah benar-benar dilahirkan kembali (1 Yohanes 2:19).

Rasul Yohanes mengatakan "Jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri" (1 Yohanes 1:8), tetapi ia juga mengatakan, "Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi" (1 Yohanes 3:9). Di sini kita memiliki paradoks, tapi bukan suatu inkonsistensi dalam Alkitab. Semua orang Kristen berbuat dosa (1 Yohanes 1:8), tetapi semua orang Kristen juga taat (1 Yohanes 2:3). Dosa dan kedagingan masih ada bersama orang-orang Kristen, tetapi dosa tidak bisa menjadi tuan atau sifat mereka yang membedakan (1 Yohanes 3:9). Pertobatan dan iman sejati membutuhkan perubahan pikiran, perubahan hati, perubahan arah, meskipun itu tidak sempurna (Kisah Para Rasul 26:18 dan 1 Yohanes 1:8). "Buah" masih merupakan suatu tes mengenai realitas dan keaslian iman.

Iman adalah suatu keyakinan supernatural yang teguh yang mengatur perilaku orang percaya sejati dan menghasilkan tindakan-tindakan yang menyertainya. Hal ini ditunjukkan dari contoh-contoh iman dalam kitab Ibrani pasal 11, yang menghasilkan tindakan-tindakan yang bersesuaian. Dengan kata lain, apa yang kita lakukan adalah hasil dari apa yang kita percayai. Kitab Yakobus 2:18 mengatakan, "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."

Ketika para rasul berbicara dalam suatu cara yang negatif tentang perbuatan-perbuatan, mereka mengacu pada "hukum Taurat"; yaitu apa pun yang orang-orang lakukan untuk mendapatkan atau mengupayakan keselamatan mereka.

Kitab Suci juga berbicara tentang buah keselamatan, yaitu perbuatan-perbuatan baik, atau pekerjaan-pekerjaan iman. Itu semua adalah karya-karya atau tindakan-tindakan, yang bermula dari pertobatan dan iman (Kis 26:20, Matius 3:7-10, 1 Tesalonika 1:3, dan Yakobus 2:14-26), perbuatan-perbuatan itu menunjukkan bukti keselamatan. Kesatuan yang diekspresikan di antara pertobatan dan iman adalah bahwa mereka kedua-duanya memiliki buah atau bukti yang sama: perbuatan-perbuatan baik. Kita tidak diselamatkan oleh perbuatan baik, tetapi kita diselamatkan kepada/untuk perbuatan baik (bacalah Ef 2:8-10 untuk membedakan sifat yang kontras diselamatkan oleh dan kepada/untuk). Pekerjaan-pekerjaan adalah tes terhadap realitas iman ini, dan 'kasih karunia' yang pada akhirnya tidak mempengaruhi kehidupan dan tindakan seseorang tidak dapat dianggap sebagai kasih karunia Allah yang benar (Titus 2:11-12). Yesus mengajarkan bahwa dari buahnya, orang-orang percaya yang sejati akan dikenal (Matius 3:8, 7:16-20, 25:34-40; Yohanes 13:35, 14:23; Kis 26:20; Rom 2:6-11; Yakobus 2:14-18; dan 1 Yohanes 3:10).

~Don Krow

06 November, 2016

Dibebaskan dari kebenaran yang tidak lengkap

*DIBEBASKAN DARI KEBENARAN YANG TIDAK LENGKAP.*

It is a very blessed day!

Sudah lebih dari 20 tahun, sejak saya terima Tuhan, saya melihat alkitab itu tidak konsisten. Satu waktu diajarkan Tuhan itu adalah kasih. (1 Yoh 4:8) KasihNya kekal (Yeremiah 31:3), kasihNya sempurna (Mazmur 52:8) kasihNya tidak membedakan (Yohanes 3:16) dan kasihNya… Namun dilain waktu dikatakan Tuhan mengutuk (Ulangan 28:15-68) Kasih Tuhan itu seolah bersyarat.

Tragisnya lagi di Ulangan 28 itu yang menyinggung berkat lebih sedikit dibanding kutuk, berkat hanya 14 ayat dan kutuk 54 ayat. Bingung saya padahal dari awal saya diajarkan kalau alkitab itu adalah Good News / Berita Baik ??? Belum lagi mengenai kutuk keturunan. (Keluaran 20:5; 34:7; Bilangan 14:18; Ulangan 5:9) Rasanya tidak adil banget ayahnya bikin salah tapi anaknya kena akibatnya.

Ini hanya beberapa contoh dari ketidak konsistenan alkitab. Contoh lain adalah pengajaran Yesus di atas bukit Matius 5, ditemukan banyak sekali ketidak konsistenan. Saya cukup ambil satu dua contoh saja. Mengapa banyak sekali orang Kristen yang marah tapi tidak dihukum? Mengapa sampai sekarang saya tidak pernah mendengar atau membaca atau melihat ada yang matanya dicungkil atau tangannya buntung di gereja karena mentaati ajaran Yesus itu?? Apakah mungkin ada orang yang bisa sempurna seperti Bapa disurga sempurna??? Artinya adalah suatu misi yang tidak mungkin yang diajarkan Yesus diatas bukit. Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab didalam alkitab karena ketidak konsistenan itu. Akhirnya saya paling berkata kalau saya mengerti segala sesuatu mengenai Tuhan, Dia bukan Tuhan lagi.

Namun semua pertanyaan ini tidak terus menghilang karena memang jawabannya adalah jawaban pasrah… :)) alias kurang mantap…

Sampai akhirnya sejak 2 tahun yang lalu, saya mulai belajar mengenai injil kasih karunia (the Gospel of Grace) atau juga disebut injil Yesus Kristus (the Gospel of Jesus Christ). "Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah." Kisah Rasul 20:24 (inilah tujuan dari hidup Rasul Paulus, memberikan kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah)

Pelan-pelan saya mulai memahami dan melihat bahwa alkitab itu konsisten, Tuhan kita adalah Tuhan yang konsisten. Hal yang menjadi pertanyaan mulai terjawab. Sekarang alkitab menjadi jauh lebih jelas dari sebelumnya. Mengapa demikian? Karena fokus saya berubah dari berpikir bahwa dunia berputar mengelilingi saya (I, Me, Myself) menjadi Tuhan kita, Yesus menjadi pusat dari segala sesuatu didunia ini… Cara baca alkitab pun berubah.

– Dulu saya diajarkan bawa alkitab itu ditulis kepada saya, sekarang saya mengerti bahwa alkitab bukan ditulis kepada saya tetapi kepada orang pada jaman itu yang berguna untuk saya. Misalnya kita tahu bahwa Yesus datang untuk bangsaNya Yahudi, makanya kotbah di bukit itu adalah ditujukan kepada orang2 Yahudi yang nongkrong di bukit tersebut yang tentu saja dasar percaya mereka adalah hukum taurat. Disitu Yesus ingin menyatakan kepada mereka kejernihan dan betapa tingginya standar dari hukum taurat itu. Tujuannya supaya jika mereka mengerti, mereka akan sadar bahwa memang tidak ada yang bisa penuhi hukum taurat oleh karena itu Yesus ingin membawa mereka melihat dan datang kepada Dia sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup.

– Dulu saya diajarkan kalau baca alkitab itu, cari dimana sayanya dan apa yang harus saya lakukan. Sekarang saya mengerti kalau baca alkitab cari dimana Tuhan Yesusnya dan apa yang Dia sudah lakukan untuk saya. Misalnya saya dulu pernah diajarkan bahwa murid yang paling dikasihi Yesus adalah Yohanes. Dikarenakan ada ayat yang menyatakan "murid yang dikasihi Yesus" dan itu direfer kepada Yohanes. Saya pikir kok Tuhan pilih kasih yah seperti manusia. Belakangan saya baru tahu, kalau pernyataan itu hanya ada diinjil Yohanes dan disebutkan sebanyak 5 kali oleh dirinya sendiri. Awalnya saya pikir Yohanes ngaku-ngaku sendiri alias GeEr… Namun saat saya perhatikan lagi ternyata kelima-limanya menyatakan hanya "murid yang dikasihi Tuhan" saja, dan tidak dikatakan lebih atau paling dikasihi artinya setiap kita yang percaya Yesus sebagai Tuhan berhak mengatakan hal yang sama. Saya adalah murid yang dikasihi Tuhan. Kemudian dikonfirmasi dengan pernyataan Yohanes sendiri di 1 Yohanes 4:16a yang mengatakan "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita…" Didalam salah satu versi bahasa Inggris dikatakan know and rely upon the love of Jesus. Saat kita berfokus kepada apa yang Tuhan lakukan kepada kita, kita menemukan kebenaran bahwa Tuhan mengasihi setiap kita tanpa memandang perbedaan dan kasihNya dashyat dan kekal. Oleh karena itu kita bisa seperti Yohanes mengatakan bahwa saya adalah murid yang dikasihi Tuhan dan bersandar kepada kasihNya yang membuat kita menjadi lebih dari pemenang.

– Dulu saya diajarkan alkitab ditulis dari Kejadian sampai Wahyu semua ditujukan untuk saya. Sekarang saya mengerti kalau baca alkitab harus menarik garis antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru supaya bisa melihat konsistensi dari alkitab itu sendiri. Dan kebangkitan Yesus sebagai awal dari Perjanjian Baru.

Misalnya: dulu saya diajarkan mengenai kutuk keturunan yang ada didalam hukum taurat (Perjanjian Lama). Setiap kali saya tidak berhasil didalam sesuatu hal, saya akan mulai cari-cari dan merekah-merekah dimana letak kesalahan saya. Bahkan salah satu yang sering saya pikirkan adalah apakah ini karena akibat dari kesalahan orang tua atau kakek nenek saya. Perjalanan salib Yesus adalah pusat dari berita Injil kasih karunia. Setiap yang Yesus alami didalam perjalanan salibnya memiliki suatu arti signifikan bagi kita. Oleh karena itu setelah Ia menyelesaikan semuanya atau setelah menebus semua yang harus Ia tebus, Dia mengatakan "Sudah Selesai", kemudian Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya.

Pernahkah anda berpikir mengapa saat Yesus mengatakan Aku Haus, yang diberikan bukanlah air tetapi anggur asam (bahasa Indonesia bilang cuka tetapi di Ortodox Jewish Bible dan New American Standard dikatakan sour wine). Di Yehezkiel 18:2 dikatakan "Ada apa dengan kamu, sehingga kamu mengucapkan kata sindiran ini di tanah Israel: Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu?". Dalam bahasa Inggris buah mentah itu disebut sebagai sour grapes. Perhatikan Sour Wine dan Sour Grapes. Bukankah kedua-duanya adalah anggur. Kesimpulannya apa? Bahwa terakhir yang Yesus tebus di salib sebelum Dia katakan sudah selesai adalah kutuk keturunan. Bukankah bahwa ini adalah berita baik?

– Dulu saya mencoba mengerti Tuhan melalui keterbatasan kata-kata manusia. Sekarang saya baru mengerti bahwa anugrah dan kasih Tuhan itu lebih dari yang dapat diungkapkan dengan kata-kata atau bahasa manusia. Saya pernah dengar ada yang berkata kalau bahasa Indonesia hanya ada sekitar 90.000 an kosa kata sedangkan bahasa Inggris punya 3 juta an kosa kata. Bahkan dengan berapa milliar kosa katapun tidak cukup untuk mendeskripsikan kasih dan anugrahNya yang begitu berlimpah. Oleh karena itu sering terjadi misinterpretasi karena banyak ketidak tepatan dalam terjemahan. Belum lagi dari bahasa aslinya ke Inggris saja sudah ada yang meleset. Misalnya takut akan Tuhan diterjemahkan dari bahasa Inggris yang mengatakan "fear of the Lord" yang kalau dari bahasa aslinya terjemahannya harusnya adalah extravagant respect. Sekarang bagaimana itu kata diterjemahkan ke Indonesia? Hormat yang luar biasa…? Yang pasti kata takut itu mengandung makna negatif. Saat saya takut sama sesorang saya akan cenderung menghindar dari orang tersebut. Jadi terjemahannya itu kurang tepat. Oleh sebab itu sekarang sebagai seorang guru sekolah minggu, saya tidak lagi berdoa agar anak-anak ini takut akan Tuhan melainkan agar mereka dapat mengenal kasih Tuhan yang luar biasa dalam hidup mereka. Dan banyak lagi tips yang lain dalam membaca alkitab yang silahkan yang lain tambahkan.

Namun prinsip dasarnya adalah mulai merubah dari I, Me, Myself kepada Jesus dan karyaNya yang sempurna. Sehingga saya bisa melihat bahwa injil Kasih Karunia itu adalah sepenuhnya Good News/Berita Baik.

Masalahnya adalah apakah kita sudah bisa melihat bahwa ini adalah berita baik bagi orang percaya? Selanjutnya apakah kita percaya kepada berita baiknya tanpa pakai jikalau, hanya saja, seumpama, andaikata….?

Manusia suka berandai-andai untuk sesuatu yang belum terjadi. Tidak ada kata andaikan untuk Tuhan kita. Kuasa dan anugrahNya melebihi pengertian kita. Bahkan untuk sesuatu yang sudah terjadi, saat Lasarus sudah dikubur, Marta dan Maria berandai jikalau Tuhan bisa datang lebih awal saudaranya tidak akan mati. Mati dan sudah dikubur 4 haripun, tidak ada artinya bagi Tuhan kita. Dia akan selalu datang dengan berita baik.

Tidak ada orang yang kalau sudah ketemu Tuhan akan malas, yang ada hanya orang percaya yang belum mengenal siapa dirinya dan mengenal siapa Tuhannya. Tidak mungkin kalau seseorang mendapat kerjaan banyak terus dia tinggal tidur, kecuali memang orang itu sedang sakit. Sama seperti Petrus, jalanya penuh dengan ikan kok bisa ditinggal pergi? Rasanya aneh malah sebaliknya bisa sampai lupa atau tidak sempat makan karena kerjaannya banyak. Dan bahkan butuh bantuan karena berkatnya berlimpah.

Setiap orang akan mengalami masalah atau badai dalam hidup, namun yang dibutuhkan hanyalah percaya bahwa kita adalah seorang pemenang dan bahkan lebih dari pemenang oleh karena kasihNya. Seringkali saat ditengah badai, kita suka lupa siapa yang sedang bersama dengan kita. Itulah yang dialami oleh murid-murid Tuhan Yesus. Mereka panik, dan berkata bahwa mereka akan binasa lalu membangunkan Yesus. Setelah Yesus bangun dan meneduhkan badai, dua pertanyaanNya yang perlu selalu kita ingat, mengapa kamu takut? Mengapa kamu tidak percaya?

Percayalah bawa Injil/Gospel = Good Spell = Berita Baik, yang ada hanyalah berita baik. Saya mau kasih satu personifikasi yang di hiperbola mengenai berita baik dari Tuhan kita, kalau Dia mau bikin seluruh isi neraka menjadi selamat pada akhirnya, Dia bisa dan sanggup dan itu adalah hak Dia dan terserah Dia, kita tidak punya hak untuk protes ini dan itu…. Justru kita bersukacita karena seluruh keluarga, sanak saudara dan teman2 kita selamat…

Didalam Injil kasih karunia, Jesus is our all in all, semua dari Dia, untuk Dia dan kepada Dia, semua kemuliaan hanya bagi Dia saja. Artinya tidak ada kitanya… Kalau ada satu titik saja dari kitanya didalam pikiran kita, itu bukan lagi anugerah dan Dia bukan lagi our all in all. Pekerjaan kita adalah hasil dari hidupNya didalam kita. Dia yang ada didalam kita mengekspresikan hidupNya. Itulah misteri yang sudah disimpan selama berabad-abad, yang dibukakan kepada Rasul Paulus yaitu Kristus di dalam kita adalah pengharapan kemuliaan.

Jika ada satu titik saja yang kita berpikir karena hasil usaha kita, kalau berhasil kepala tambah gede sedikit alias sombong dan kalau gagal hatinya mengecil sedikit alias kecewa.

Injil kasih karunia adalah injil Kristus Yesus yang berfokus kepada Dia dan bukan berandai-andai dengan kondisi manusia karena kondisi apapun manusia itu tidak valid bagi Dia (selalu ada jalan keluar /selalu ada berita baik). Yang perlu kita pelajari adalah mengenal kasih, kuasa dan anugerahNya yang berlimpah atas hidup kita dan bersandar kepada semua itu… Trust HIM!!!

~Swanky Djongroaminoto, https://karnakasihnya.wordpress.com/2011/12/06/set-free-from-half-truth-dibebaskan-dari-kebenaran-yang-tidak-lengkap/

37 ayat yg membuktikan anda tidak dibawah hukum tauray

*37 scriptures that prove christians are not under the law!.*

Many Christians give lip service to the fact they live in the New Covenant.

The truth however is that because they fail to realise they are no longer under the law they are really still living in an Old Covenant reality.

Here are 37 scriptures that prove that Christians are not under the law!
Acts

    The law is an unbearable yoke. (Acts 15:10)

Romans

    The law reveals sin but cannot fix it. (Romans 3:20)

    If the law worked then faith would be irrelevant. (Romans 4:14)

    The law brings wrath upon those who follow it. (Romans 4:15)

    The purpose of the law was to increase sin. (Romans 5:20)

    Christians are not under the law. (Romans 6:14)

    Christians have been delivered from the law. (Romans 7:1-6)

    The law is good, perfect and holy but cannot help you be good, perfect or holy. (Romans 7:7-12)

    The law which promises life only brings death through sin. (Romans 7:10)

    The law makes you sinful beyond measure. (Romans 7:13)

    The law is weak. (Romans 8:2-3)

    October 11, 2013 by Phil Drysdale 21 Comments

    Many Christians give lip service to the fact they live in the New Covenant.

    The truth however is that because they fail to realise they are no longer under the law they are really still living in an Old Covenant reality.

    Here are 37 scriptures that prove that Christians are not under the law!
    Acts

        The law is an unbearable yoke. (Acts 15:10)

    Romans

        The law reveals sin but cannot fix it. (Romans 3:20)

        If the law worked then faith would be irrelevant. (Romans 4:14)

        The law brings wrath upon those who follow it. (Romans 4:15)

        The purpose of the law was to increase sin. (Romans 5:20)

        Christians are not under the law. (Romans 6:14)

        Christians have been delivered from the law. (Romans 7:1-6)

        The law is good, perfect and holy but cannot help you be good, perfect or holy. (Romans 7:7-12)

        The law which promises life only brings death through sin. (Romans 7:10)

        The law makes you sinful beyond measure. (Romans 7:13)

        The law is weak. (Romans 8:2-3)

    1 Corinthians

        The strength of sin is the law (1 Corinthians 15:56)

    2 Corinthians

        The law is a ministry of death. (2 Corinthians 3:7)

        The law is a ministry of condemnation. (2 Corinthians 3:9)

        The law has no glory at all in comparison with the New Covenant. (2 Corinthians 3:10)

        The law is fading away. (2 Corinthians 3:11)

        Anywhere the law is preached it produces a mind-hardening and a heart-hardening veil. (2 Corinthians 3:14-15)

    Galatians

        The law justifies nobody. (Galatians 2:16)

        Christians are dead to the law. (Galatians 2:19)

        The law frustrates grace. (Galatians 2:21)

        To go back to the law after embracing faith is "stupid". (Galatians 3:1)

        The law curses all who practice it and fail to do it perfectly. (Galatians 3:10)

        The law has nothing to do with faith. (Galatians 3:11-12)

        The law was a curse that Christ redeemed us from. (Galatians 3:13)

        The law functioned in God's purpose as a temporary covenant from Moses till John the Baptist announced Christ. (Galatians 3:16 & 19, also see… Matthew 11:12-13, Luke 16:16)

        If the law worked God would have used it to save us. (Galatians 3:21)

        The law was our prison. (Galatians 3:23)

        The law makes you a slave like Hagar. (Galatians 4:24)

    Ephesians

        Christ has abolished the law which was a wall of hostility (Ephesians 2:15)

    Philippians

        Paul considered everything the law gained him as "skybalon" which is Greek for "poop". (Philippians 3:4-8)

    1 Timothy

        The law is only good if used in the right context. (1 Timothy 1:8) (see next verse for the context)

        It was made for the unrighteous but not for the righteous. (1 Timothy 1:9-10)

    Hebrews

        The law is weak, useless and makes nothing perfect. (Hebrews 7:18-19)

        God has found fault with it and created a better covenant, enacted on better promises. (Hebrews 8:7-8)

        It is obsolete, growing old and ready to vanish. (Hebrews 8:13)

        It is only a shadow of good things to come and will never make someone perfect. (Hebrews 10:1)

[Phil Drysdale  37 scriptures that prove that Christians are not under the law!, http://www.phildrysdale.com/2013/10/37-scriptures-that-prove-christians-are-not-under-the-law/, Oct, 11, 2013]

Duri dalam daging

DURI DALAM DAGING PAULUS

Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. 
Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. 
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 
10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. 
(2 Korintus 12:7-10)

Duri dalam daging yang disebutkan Paulus ini telah dipakai dan disalahgunakan oleh banyak orang Kristen untuk membenarkan diri karena tunduk kepada hampir setiap masalah yang datang. Iblis telah memelintir bagian Alkitab ini untuk menipu begitu banyak orang supaya percaya bahwa jika Allah tidak menyembuhkan Paulus, bagaimana mungkin mereka berharap disembuhkan? Mari kita memeriksa lebih dekat dan mencari tahu apa itu "duri dalam daging" Paulus.

Pertama-tama, "duri" ini datang karena begitu berlimpahnya pewahyuan yang Paulus terima. Sampai seseorang memiliki pewahyuan yang berlimpah, yang setara dengan apa yang telah Paulus terima, dia tidak akan memiliki "duri." Hal ini akan mendiskualifikasi semua orang yang bersembunyi di balik alasan duri dalam daging Paulus.

Kemudian, ayat 7 mengatakan bahwa duri itu datang supaya Paulus tidak meninggikan diri. Secara tradisional, duri tersebut ditafsirkan sebagai cara menjaga Paulus tetap rendah hati. Oleh sebab itu, pasti Allah yang menciptakannya, karena hanya Allah yang ingin Paulus tetap rendah hati. Tetapi ada cara yang saleh untuk dapat ditinggikan. Satu Petrus 5:6 mengatakan, "Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya." Mereka yang menundukkan diri (rendah hati) kepada Allah akan ditinggikan oleh Allah. Paulus tidak berbicara tentang meninggikan diri melalui kebanggaan diri sendiri, sebaliknya sedang berbicara bahwa duri itu datang dari iblis untuk menghalangi Paulus ditinggikan oleh Allah di hadapan orang-orang. Orang-orang pasti menerima apa yang Paulus khotbahkah jika pesan Paulus "menyenangkan" bagi mereka. Tetapi ada utusan iblis yang selalu menggocoh Paulus dan membuat orang yang lemah hati takut berkomitmen kepada Yesus, yang Paulus beritakan.

Allah membuat besar, atau meninggikan Yosua di hadapan umat-Nya (Yosua 3:7). Dia kembali melakukannya atas orang-orang yang dipakai-Nya dalam perjanjian yang baru [new covenant] (Kisah Para Rasul 5:13). Jadi, kita melihat bahwa peninggian yang dibicarakan bukanlah hal negatif tetapi hal yang saleh. Dan semakin memperkuat fakta bahwa duri itu bukanlah perbuatan Allah.

Dalam ayat 7, tepat setelah duri dalam daging disebutkan, ada frasa yang yang mengatakan, "yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku." Inilah penjelasan tentang apa gerangan duri itu sebenarnya. Duri bukanlah sesuatu hal (thing) melainkan utusan iblis. Kata yang digunakan sebagai "utusan" di ayat ini selalu diterjemahkan sebagai malaikat atau utusan dan mengacu pada makhluk ciptaan. Jadi, duri dalam daging Paulus sebenarnya adalah roh jahat yang dikirim iblis untuk menggocoh dia. Kata "menggocoh" berarti menyerang berulang kali seperti gelombang ombak menghempas pantai.

Bagaimana kuasa jahat ini terus menyerang Paulus? Secara tradisional diajarkan bahwa Paulus diserang dengan penyakit, dan yang membuat banyak orang menerima pengajaran ini adalah penggunaan kata-kata "weakness" dan"infirmity" (sama-sama diterjemahkan sebagai kelemahan) dalam ayat 9 dan 10. Kelemahan memang berarti penyakit dan digunakan dengan arti yang sama dalam 1 Timotius 5:23, tetapi bukan itu satu-satunya arti kata tersebut. Definisi keduainfirmity adalah kekurangan atau ketidakmampuan. Contohnya, dalam Roma 8:26 dikatakan, "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita."Dalam ayat ini, jelas konteks kata kelemahan tidak berbicara tentang penyakit melainkan ketidaktahuan apa yang akan didoakan. Pikiran kita yang terbatas merupakan kelemahan atau kekurangan.

Jika kita melihat konteks duri dalam daging Paulus, kita menemukan bahwa kelemahan tidak berarti penyakit dalam 2 Korintus 12:9 dan 10. Dalam 2 Korintus 11:30, Paulus menggunakan istilah yang sama dalam "glorying in infirmities"(bermegah dalam kelemahan) yang digunakan hanya beberapa ayat setelah dia berbicara tentang duri ini. Dalam pasal kesebelas dia baru saja membuat daftar kelemahan-kelemahan itu. Dalam ayat 23-29 pasal tersebut, dia membuat daftar hal-hal seperti penjara, bilur-bilur, karam kapal, dan dilempari batu; tidak satupun yang berbicara tentang penyakit. Ayat 27 menyebutkan kelemahan dan kesakitan (painfulness), yang oleh beberapa orang telah dicoba untuk diartikan sebagai penyakit (sickness), tetapi lebih mungkin kata itu mengarah kepada berjerih lelah (weary) dan menderita kesakitan dari hal-hal seperti dilempari batu hingga hampir mati (Kisah Para Rasul 14:19). Semua hal dalam daftar 2 Korintus 11 menyebut penganiayaan sebagai kelemahan. Jadi, dalam konteksnya, duri dalam daging Paulus adalah malaikat atau utusan yang dikirim Iblis yang terus-menerus menimbulkan penganiayaan terhadap dirinya. Hal ini dibuktikan oleh tiga referensi Perjanjian Lama (Bilangan 33:55; Yosua 23:13 dan Hakim-hakim 2:3), saat ada orang yang dianggap sebagai "thorns by your side" (TB: menjadi musuhmu) dan"thorns in your eyes" (duri di matamu).

Paulus meminta Tuhan untuk melepaskan dia dari penganiayaan, bukan penyakit, dan Tuhan mengatakan bahwa kasih karunia-Nya cukup baginya. Kita tidak ditebus dari penganiayaan, dan Paulus kemudian menyatakannya dalam 2 Timotius 3:12, "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya." Karena itu, dengan senang hati, Paulus bermegah (gloried) di dalam penganiayaan, celaan, kekurangan dan kesusahan sehingga kuasa Kristus turun menaunginya (2 Korintus 12:9). Kata "glory" adalah kata Inggris kuno yang berarti memiliki kuasa atau memerintah. Kata ini digunakan dalam Keluaran 8:9 saat Musa mengatakan kepada Firaun untuk memerintahkan dirinya (glory over him) untuk melenyapkan katak-katak yang meliputi tanah Mesir. Jadi ketika Paulus berbicara tentang bermegah atas kelemahan atau penganiayaan, dia berbicara tentang kemenangan bahkan di tengah-tengah gangguan yang terus-menerus datang.

Dalam Kisah Para Rasul 14:19, Paulus dilempari batu dan dikira mati, tetapi Allah membangkitkan dia, dan hari berikutnya dia berjalan setidaknya dua puluh mil ke kota berikutnya dan mulai berkhotbah lagi. Allah tidak menghentikan penganiayaan, namun kekuatan Allah sempurna dalam kelemahan Paulus (ayat 9). Dapatkah Anda membayangkan apa yang dipikirkan oleh orang-orang yang melempari dia? Mereka bisa melihat manusia Paulus luka-luka dan memar, tetapi mereka juga bisa melihat kekuatan supernatural Allah mengalir melalui dia. "Sebab jika aku lemah, maka aku kuat" (ayat 10).

Ada dua ayat lain dalam Kitab Suci yang digunakan oleh orang yang mempercayai bahwa duri dalam daging Paulus adalah penyakit, untuk membuktikannya. Salah satunya adalah Galatia 4:13-15. Dalam ayat ini Paulus mengatakan bahwa dia memberitakan Injil kepada orang Galatia ini melalui infirmity of the flesh (TB: sakit pada tubuhku), dan dalam ayat 15, dia katakan bahwa orang-orang Galatia pasti bersedia mencungkil mata mereka sendiri dan memberikannya kepada Paulus. Tentang ayat ini, saya pernah mendengar para pelayan Tuhan memberitakan bahwa duri dalam daging Paulus adalah penyakit kuno langka yang ditandai dengan mata yang bengkak dan berair. Tetapi mari kita lihat kepada siapa Paulus berbicara ketika dia mengatakan hal tersebut. Dia menulis kepada orang-orang yang tinggal di wilayah yang dikenal sebagai Galatia, dengan kota-kota utama Derbe, Listra, dan Ikonium. Peristiwa yang disebutkan sebelumnya, yakni Paulus dilempari batu hingga hampir mati, terjadi di Listra, sebuah kota Galatia. Hari berikutnya Paulus berjalan ke Derbe, kota lain di Galatia, dan mulai berkhotbah kepada mereka. Saya yakin mata Paulus pasti bengkak dan berair, dengan tubuh penuh luka dan memar, tetapi itu bukan karena penyakit. Tetapi karena Paulus baru saja dirajam. Dia juga mengatakan dalam ayat 13 bahwa kelemahan itu disandangnya"pertama kali," yang menyiratkan kesan hal itu hanya sementara dan dia pulih darinya.

Ayat Kitab Suci selanjutnya yang digunakan untuk mengatakan duri dalam daging Paulus adalah penglihatan yang buruk juga terdapat di Galatia, pasal 6, ayat 11, yang mengatakan, "Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri." Orang-orang mengatakan penglihatan Paulus begitu buruk sehingga dia harus menulis dalam huruf besar, dan inilah kelemahan yang Paulus maksudkan. Tetapi itu hanyalah anggapan yang tidak cukup kuat. Jauh lebih dapat dipercaya bahwa dia semata mengacu pada panjangnya surat yang telah dia tulis kepada jemaat Galatia.

Alasan mengapa sangat penting untuk menyadari bahwa duri dalam daging itu bukanlah sesuatu yang Yesus mati untuk menebus kita darinya, seperti penyakit, adalah supaya kita tidak tunduk kepada hal-hal tersebut. Yakobus 4:7 mengatakan,"Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!" Kita harus menolak, atau melawan secara aktif setan dan hal-hal yang dibawanya, untuk melihat mereka melarikan diri. Iblis telah menggunakan pengajaran tradisional tentang duri dalam daging Paulus untuk membuat banyak orang Kristen tunduk kepadanya. Tetapi, puji Tuhan, Anda akan mengetahui kebenaran dan kebenaran, akan memerdekakan Anda.

Diterjemahkan oleh Paul Tyo.

Puasa under grace bag 1

SEPERTI APA BERPUASA DI BAWAH KASIH KARUNIA? DAN APAKAH ANDA PERLU MELAKUKANNYA? (1/2)

Berpuasa adalah disiplin rohani yang populer di lingkungan orang Kristen. Saya sendiri adalah seorang pelaku puasa yang fanatik dan penuh semangat. Namun lebih sering karena motivasi yang salah. Sejak saya mengerti realita karya salib yang sudah tuntas dan sempurna, alias kasih karunia, apa yang saya percayai tentang puasa berubah secara dramatis.

Dulu saya percaya berpuasa itu diperlukan supaya kita semakin serupa Kristus dan supaya kita bisa semakin cepat mengubah dunia, karena berpuasa saya anggap akan mendatangkan kebangunan rohani (revival), membuat kuasa Allah mendobrak setiap keluarga dan bangsa, sehingga mereka diselamatkan, dipulihkan dan dilepaskan.

Saya sering melewatkan jam makan, berdoa sungguh-sungguh di ruang doa saya, memohon Allah menurunkan kebangunan rohani, mengharapkan Dia melakukan hal-hal yang Dia suruh saya lakukan. Saya hampir-hampir tak melihat adanya manifestasi supernatural sebanyak apapun saya berpuasa, memohon sambil memukuli dinding dan berseru-seru meminta kebangunan rohani.

Namun setelah kepercayaan saya berubah, tidak saja saya merasakan damai sejahtera, sukacita dan kemerdekaan, saya juga menyaksikan Allah bekerja secara supernatural melalui saya dan membawa kebangunan rohani kemanapun saya pergi! Sayalah kebangunan itu, untuk 'membangunkan' yang lain.

Albert Einstein pernah mengatakan kegilaan adalah melakukan hal yang sama lagi dan lagi tapi mengharapkan hasil yang berbeda. Jika anda tidak melihat hasil yang Allah katakan akan anda dapatkan sebagai orang percaya, berarti anda sedang memercayai sesuatu yang salah! Hanya kepercayaan yang benar yang akan membawa hasil yang benar!

Saya tidak memiliki semua jawaban, tapi saya ingin membagikan beberapa pemikiran tentang seperti apa berpuasa di bawah kasih karunia dan apakah anda harus melakukannya.

APA YANG TIDAK BISA DICAPAI DENGAN BERPUASA
Saya akan membagikan hal-hal yang tidak bisa dicapai dengan berpuasa, untuk mematahkan kepercayaaan agamawi yang salah. Karena apa yang telah dicapai Kristus bagi anda:

• Berpuasa tidak membuat anda lebih benar, lebih diterima atau lebih menyukakan hati Allah

• Berpuasa tidak membuat anda semakin serupa Yesus, semakin rohani atau semakin kudus

• Berpuasa tidak membuat anda semakin dekat dengan Allah (anda sudah menjadi satu dengan Dia)

• Berpuasa tidak membuat anda jadi bersih, jadi 'lurus' dan siap menerima sesuatu dari Allah

• Berpuasa tidak membuat anda 'masuk lebih dalam' hadirat Allah (Dia sudah 'masuk' ke dalam anda)

• Berpuasa tidak membuat anda semakin kuat berpegangan dengan Allah (Dia yang memegang anda)

• Berpuasa tidak membuat Allah tersenyum dan mau bersekutu dengan anda

• Berpuasa tidak membuat Allah melepaskan lebih banyak kasih, kuasa, berkat atau pengurapan

• Berpuasa tidak membuat Allah makin berkenan kepada anda dan memberi anda lebih banyak iman dan kekayaan

• Berpuasa tidak membuat Allah bergerak dan (akhirnya) melakukan sesuatu bagi anda

• Berpuasa tidak membuat Allah (akhirnya) memperhatikan anda dan mendengarkan permintaan anda

• Berpuasa tidak membuat Allah menjawab doa-doa anda

• Berpuasa tidak membuat Allah lebih sering 'hadir' dalam ibadah atau pertemuan doa atau dalam doa-doa pribadi anda

• Berpuasa tidak menyebabkan kemenangan rohani dan fisik, atau juga tidak menyebabkan terjadinya terobosan (hanya iman yang bisa)

• Berpuasa tidak mengubah pikiran Allah untuk akhirnya bertindak dan melakukan sesuatu

Jika anda pikir berpuasa bisa mencapai hal-hal ini, itu artinya kepercayaan anda tidak terletak pada Kristus dan karya-Nya yang sempurna.

ALLAH BERKENAN PADA PERSEMBAHAN KRISTUS
Allah tidak berkenan pada persembahan anda -termasuk berpuasa- jika anda melakukannya dengan alasan supaya menjadi lebih baik, supaya anda benar di hadapan Allah atau supaya Allah melakukan sesuatu.

"Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" (Ibrani 10:8)

Allah tidak ingin anda bersimpuh di kaki-Nya memohon-mohon, "Ya Allah aku akan lakukan ini dan itu. Aku akan berhenti makan coklat dan melakukan puasa Daniel, karena persembahanku akan membuat aku semakin dekat kepada-Mu dan mendatangkan kebangunan rohani." Itu anti-Injil.

Allah sedikitpun tidak tertarik pada "persembahan" anda dan seberapa besar anda berkorban bagi Dia, karena yang membuat-Nya tertarik hanyalah persembahan Yesus dan betapa besar yang Dia korbankan bagi anda.

Mungkin anda bertanya mengapa Allah tidak berkenan pada persembahan anda. Itu mungkin karena anda tidak 'puas' dengan persembahan-Nya!

Karena Yesus adalah persembahan yang sempurna, anda tak perlu membuktikan keberhargaan anda agar Dia memberkati anda. Setiap berkat, entah itu keselamatan, kesehatan, kelepasan, penyediaan; semuanya datang kepada kita oleh hanya kasih karunia saja. Merasa harus 'bekerja' atau melakukan sesuatu untuk mendapatkan berkat Allah adalah seperti mencoba membeli sesuatu yang tidak dijual.

Tanpa membayar apapun, anda sudah dijadikan sempurna, tidak bercacat cela, diberkati, kudus, seperti Kristus, menjadi satu dengan Allah dan adalah kebangunan rohani itu sendiri.

Tanpa membayar apapun, anda sudah menerima kasih, kuasa, pengurapan, kemenangan, perkenanan, iman, kehormatan, kekayaan dan terobosan. Semua oleh kasih karunia. Dan kasih karunia itu cuma-cuma. Anda tidak perlu membayar ataupun mengorbankan apapun untuk mendapatkannya. Yesus sudah membayar semuanya!

Dengan kata lain, anda TIDAK BISA meraih tujuan yang sifatnya rohani dengan berpantang dari kesenangan jasmani.

Saya tidak menyangkal manfaat berpantang. Tapi poin yang ingin saya tekankan adalah berpantang makan stik yang empuk atau cheseeburger tidak membuat anda lebih kudus atau lebih dekat kepada Allah. Anda tak bisa membuat diri anda lebih benar, atau lebih menyenangkan Allah. Yesus sudah melakukan semuanya!

BERPUASA DI BAWAH PERJANJIAN YANG LAMA (Old Covenant)
Di bawah perjanjian yang lama, orang Israel dituntut berpuasa sekali dalam setahun. Yaitu pada hari raya Pendamaian (the Day of Atonement). Orang Israel akan berpuasa dengan memakai kain kabung dan abu untuk menunjukkan pertobatan yang sungguh-sungguh. Karena dosa kita sudah seluruhnya diampuni di salib, kita tidak perlu lagi berpuasa untuk tujuan ini. Sebaliknya, kita bersukacita atas Anak Domba yang telah disembelih demi pendamaian seluruh dosa dunia.

Ada orang yang menafsirkan Yesaya 58 adalah jenis puasa yang menyenangkan Allah di bawah perjanjian yang baru. Tetapi konteksnya menunjukkan bahwa pasal ini ditujukan kepada orang Israel yang ada di bawah perjanjian yang lama.

Ayat 1 menulis, TUHAN berkata, "Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka! 

Dan pada dua ayat terakhir tertulis: TUHAN berkata, "Jika engkau memperlakukan Sabat sebagai hari kudus dan tidak melakukan urusanmu pada hari itu; apabila engkau menghargai hari Sabat-Ku dan menghormatinya dengan tidak melakukan perjalanan, bekerja atau berkata omong kosong, maka engkau akan menemukan kesenangan karena melayani Aku. Aku akan membuat engkau dihormati di seluruh bumi, dan engkau akan menikmati tanah yang Kuberikan kepada bapa luluhurmu, Yakub. Aku, TUHAN lah yang mengatakannya" (Yesaya 58:13-14 Good News Bible).

Walaupun beberapa prinsip yang disebutkan di Yesaya 58 adalah hal yang baik, seperti di ayat 6-7 "membuka rantai kelaliman dan mematahkan kuk ketidakadilan, membebaskan yang tertawan, memecah-mecah roti bagi orang yang lapar, memberi pakaian, dst," namun tampak jelas bahwa berkat Allah dalam pasal ini tergantung kepada kemampuan Israel untuk menaati Taurat. Tetapi di bawah perjanjian yang baru, berkat Allah tidak tergantung kepada kemampuan anda menaati Taurat. YESUS SUDAH MENAATI DAN MENGGENAPI SEMUANYA.

BAGAIMANA DENGAN PUASA DI LUKAS 5:35?
Jika berpuasa tidak membuat kita menjadi kita (identitas) yang sesungguhnya dan tidak membuat kita diberkati, lalu untuk apa kita berpuasa? Memang anda tidak perlu! Berpuasa tidak pernah dianjurkan bagi orang percaya dalam kitab Perjanjian Baru.

Saat kita melihat kata-kata Yesus dalam Injil tentang hal berpuasa, kita harus mengingat baik-baik bahwa pada saat itu Yesus adalah seseorang yang berada di bawah Taurat kepada orang-orang yang juga berada di bawah Taurat.

Sesaat setelah Yesus berbicara tentang berpuasa "saat mempelai diambil dari mereka", Ia mengubah subyek pembicaraan dari berpuasa kepada perumpamaan kantong anggur lama dan baru, yang memberi kita petunjuk tentang konteks pembicaraan yaitu bahwa kasih karunia tidak bisa bercampur dengan Taurat. Yesus sedang memperkenalkan suatu perjanjian baru kasih karunia yang akan ditegakkan-Nya dengan darah-Nya sendiri di salib.

Setelah salib, bukan lagi melakukan puasa tahunan yang diwajibkan, umat Allah kini menikmati perjamuan setiap hari merayakan karya Yesus yang sempurna di salib. Puasa digantikan oleh perjamuan, perkabungan digantikan oleh tarian-tarian, dukacita digantikan oleh sukacita, abu digantikan oleh perhiasan kepala, keputusasaan digantikan oleh nyanyian puji-pujian.

Pasti ada yang bertanya, "Bagaimana dengan kata-kata Yesus bahwa apabila mempelai itu diambil dari para murid, pada waktu itulah mereka akan berpuasa?"

Karena murid-murid Yesus mengadakan perjamuan, bukannya berpuasa, orang-orang Farisi mengajukan komplain kepada Yesus, "Murid-murid Yohanes biasa berpuasa dan berdoa, demikian juga murid-murid orang Farisi. Mengapa murid-murid-Mu makan dan minum?" (Lukas 5:33 The Living Bible)

Yesus menjawab bahwa murid-murid-Nya tidak bisa berpuasa selama mempelai masih bersama mereka. Akan datang waktunya, kata Yesus, mereka akan berpuasa yaitu apabila mempelai itu diambil dari mereka (Lukas 5:34-35).

Tahukah anda berapa lama waktunya "mereka akan berpuasa" akan berlangsung? Itu adalah waktu dimana Yesus 'diambil' dari mereka, yaitu waktu antara kematian-Nya sampai waktu Dia memberikan Roh-Nya  pada perayaan Pentakosta. Selama hari-hari itu, Mempelai sedang tidak ada bersama mereka sehingga tepat waktunya untuk berduka dan berpuasa. Tapi saat Roh Yesus datang untuk berdiam di dalam setiap orang percaya, hari-hari berduka dan berpuasa itu berakhir selamanya.

Injil menyatakan: "Mempelai ada disini, Dia hidup di dalam kamu!" Itulah sebabnya kita diajak untuk terus melakukan perjamuan, bukan berpuasa. 1 Korintus 5:8 versi Young's Literal Translation berkata, "Karena itu marilah kita berpesta perjamuan, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran."

Yesus tidak tertarik dengan upaya kita berpuasa, menahan diri dan berpantang makanan. Dia tertarik kita makan kasih karunia perjanjian baru, makan Yesus Kristus dan karya-Nya yang sempurna.

Jangan kemana-mana. Ikuti bagian 2.

[Bas Rijksen: What Does Fasting Look Like Under Grace? And Should You Do It?; 9 January 2014]

basrijksen.com/what-does-fasting-look-like-under-grace-and-should-you-do-it-part-12/

03 November, 2016

Kristen akademik.vs.Kristen populer

*KEKRISTENAN AKADEMIK VS KEKRISTENAN POPULER.*

Sebelum kita membahas sistem kepercayaan dan pengajaran tertentu tentang Alkitab, kita harus melihat perbedaan antara dua subkultur yang paling menonjol dalam budaya agama Kristen yang lebih besar – Kekristenan akademik dan Kekristenan populer.

Dari sudut pandang antropologi, semua kebudayaan mengandung dua pembagian utama – budaya tinggi (high culture) dan budaya populer (popular culture). Budaya tinggi biasanya tercipta dari segmen populasi yang paling kaya dan paling terdidik. Orang-orang ini menghargai hal-hal indah dalam hidup – hal-hal seperti anggur mahal, makan malam mewah, musik klasik, busana formal, dan lainnya. Sekalipun budaya tinggi adalah minoritas dalam suatu kebudayaan, namun memiliki bagian terbesar kekuasaan dan pengaruh. Bersamaan dengan budaya tinggi ada yang namanya budaya populer (atau budaya pop), yang berisi mayoritas populasi dan menggambarkan apa yang populer di kalangan mayoritas. Jadi orang-orang yang ada dalam lingkungan budaya pop cenderung mendengarkan musik di radio dan menonton film baru terlaris. Mereka makan di restoran cepat saji dan berbelanja di toko jaringan. Kelompok ketiga, yang disebut budaya rakyat, sering muncul sebagai reaksi terhadap budaya populer. Tapi bukannya bergabung dengan budaya tinggi, mereka memisahkan diri dari norma umum dan hidup dengan cara mereka sendiri. Mereka membanggakan diri dengan membuat keputusan kontra-budaya. Misalnya, mereka memutuskan menjadi vegetarian, melahirkan di rumah, memutuskan untuk tidak memvaksinasi anak-anak mereka, dan mendengarkan musik independen/indie dan menonton film-film yang jarang diputar oleh bioskop pada umumnya. Perbedaan antara tiga kelompok ini signifikan, namun mereka semua adalah bagian dari kebudayaan secara keseluruhan.

Budaya dalam Gereja juga berisi tiga unsur tersebut. Kekristenan populer adalah budaya dari mayoritas Kristen. Di Amerika Serikat, itu termasuk hal-hal seperti Veggie Tales*, gelang WWJD (What Would Jesus Do), dan musik pop-Kristen. Unsur 'rakyat' dalam Kekristenan populer lebih menyukai musik yang tidak terlalu populer dan tidak melakukan upaya signifikan untuk berbeda dari budaya pop Kristen; tetapi untuk menjelaskan maksud kita, budaya rakyat kita golongkan sebagai sebuah subkategori Kristen populer. Terkait teologi dan Alkitab, Kekristenan populer mengambil pandangan yang sangat kaku mengenai kebenaran.

Sebaliknya, Kekristenan Akademik, yang terdiri dari para ahli teologi dan para intelektual, menghargai tinggi percakapan dan debat teologis. Beberapa ahli teologi modern terkenal seperti N.T. Wright dan Gordon Fee telah 'menyeberang' ke lingkungan budaya populer dan banyak dibaca oleh kalangan non-akademisi. Ratusan ahli teologi lainnya yang ada dalam lingkaran akademis berbicara dan menulis dalam bahasa akademik, dan materi mereka tidak pernah menyentuh budaya populer. Tidak mengherankan, anggota kedua kelompok ini sering meremehkan anggota kelompok lainnya. Namun penting bagi kita untuk memahami dan menghargai kedua kebudayaan tersebut.

Salah satu potensi kejatuhan Kekristenan akademik dijelaskan oleh Paulus dalam 1 Korintus 8:1: "pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong." Pengetahuan adalah baik, tetapi harus selalu dipenuhi dengan kasih, yang belum tentu diajarkan dalam lingkungan akademik. Sekalipun kita memahami semua teologi dan mengetahui semua kata dalam bahasa Yunani, tetapi jika kita adalah orang-orang Kristen yang mengerikan dalam kehidupan sehari-hari kita bersama keluarga dan teman-teman kita, kita dalam masalah besar.

Namun, salah satu kekuatan Kekristenan akademik ditemukan dalam perbedaan antara dua kata ini: tidak setuju (disagree) dan tidak hormat (disrespect). Budaya Kristen populer tidak mampu menangani perselisihan dengan baik. Ketika para pemimpin budaya Kristen populer tidak setuju mengenai suatu hal, mereka cenderung memperlakukan satu sama lain dengan perilaku yang sangat tidak menghormati, menggunakan label seperti sesat, guru palsu, penghujat, bahkan antikristus. Umumnya para pemimpin tersebut tidak bersedia mendiskusikan perbedaan mereka dengan tenang dan secara terbuka, tetapi membuat pernyataan berbau fitnah dan menghakimi. Mereka takut pengikut mereka akan terpikat oleh ajaran jahat, sehingga mereka secara aktif mencoba membujuk pengikutnya untuk melawan doktrin jahat. Akibatnya, mereka mempengaruhi pengikutnya untuk juga bersikap tidak hormat terhadap orang atau gerakan tertentu. Dengan kata lain, sikap tidak hormat ini memiliki menyebar kepada semua orang yang ada di bawah pengaruh sang pemimpin.

Sebaliknya, Kekristenan akademik memiliki apresiasi yang tinggi untuk berdebat dan mendiskusikan gagasan-gagasan tanpa bersikap tak hormat. Ini penting bagi kita yang ingin belajar teologi, karena kita perlu mengenali apa yang dipercayai orang lain dan tidak setuju dengan sebagian dari mereka dengan tetap menghormati mereka sebagai manusia dan sesama orang Kristen. Nilai yang dipercaya oleh para akademisi adalah pendapat mereka sendiri, didasari oleh penelitian mereka sendiri, sehingga mereka mengatakan, "Saya percaya ini-dan-itu karena alasan berikut." Ini hanya pernyataan pribadi dan tidak memiliki pengaruh negatif. Kekristenan akademik tidak bermasalah dengan ketidaksepakatan dan tidak melihatnya sebagai penghalang untuk saling menghormati. Tidak apa bagi orang-orang ini untuk berbeda pandangan dan tetap berteman.

Orang-orang dalam budaya Kristen akademik membuat pernyataan pribadi dari ketidaksepakatan dengan orang lain tanpa bermaksud untuk mempengaruhi siapapun. Sebaliknya, pemimpin dalam budaya Kristen populer gemar membuat pernyataan fitnah terhadap para pemimpin dan gerakan lain yang disajikan sebagai fakta dan menimbulkan gelombang rasa tidak hormat di diri para pengikutnya.

Cara terbaik untuk memahami teologi adalah kesediaan untuk tidak setuju dan keterbukaan untuk belajar dari orang lain. Kristen akademik telah menjadi contoh dalam hal ini, dan adalah bijak jika kita meniru mereka. Berpikir seperti para akademisi berarti percaya bahwa kita perlu mendengar semua pandangan yang berbeda atas suatu masalah untuk dengan dapat memutuskan posisi kita sendiri dengan rasional. Dalam budaya ini, kita bebas untuk mendengar semua pemahaman yang berbeda dan sampai pada kesimpulan kita sendiri, bahkan jika kesimpulan tersebut berbeda dengan kesimpulan teman-teman atau pemimpin kita. Inilah sebabnya, dalam Kekristenan akademik, kita menemukan banyak buku yang menyajikan berbagai pandangan tentang topik tertentu. Buku-buku ini tidak ditulis oleh satu penulis yang memiliki pendapat dan menulis dengan satu pandangan. Sebaliknya, buku-buku tersebut adalah kompilasi tulisan dari para ahli teologi yang menjelaskan keyakinan pribadi mereka masing-masing.[1] Tipe lain buku yang umum terdapat dalam Kekristenan akademik adalah buku berisi respon, di mana seorang ahli teologi menulis untuk menanggapi tulisan ahli teologi lain.[2]

Sebagai bagian dari tidak setuju dengan tetap bersikap hormat (disagree with respect) adalah dengan mengutip orang-orang yang pendapatnya tidak Anda setujui secara akurat dengan menyajikan apa yang mereka katakan sesuai konteks. Akademisi sangat berhati-hati untuk melakukan hal ini, tapi sayangnya, banyak pemimpin Kekristenan populer salah menggambarkan orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka. Para pemimpin ini mengutip kata-kata orang yang tidak sepaham dengan mereka keluar dari konteks, dan membuat asumsi tentang apa yang orang lain maksudkan. Segala salah-penggambaran, kesalahpahaman, dan penyerangan terhadap orang lain ini telah terjadi untuk waktu yang lama, tetapi tidaklah mendatangkan rasa hormat atau membantu untuk menyikapi perselisihan dengan cara seperti ini. Karena itu, kita perlu belajar bagaimana untuk tidak setuju tanpa bersikap tidak hormat dan tanpa melebih-lebihkan. Dalam pembelajaran ini, tujuan kita adalah untuk memahami keyakinan orang lain dengan jelas dan cukup adil sehingga kita dapat menarik kesimpulan kita sendiri.

[1] Sebagai contoh, 'The Nature of the Atonement: Four Views' mencakup kontribusi dari empat ahli teologi terkemuka dengan pandangan yang berbeda-beda terhadap penebusan. Demikian pula buku 'Four Views on the Book of Revelation and God and Time: Four Different Views' menghadirkan empat pandangan yang berbeda mengenai Kitab Wahyu.

[2] Contoh yang bagus adalah buku Kenneth Gentry 'The Charismatics Gift of Prophecy: A Reformed Response to Wayne Grudem'. Di dalamnya, dari sudut pandang akademik, Gentry menentang dengan keras tapi dengan penuh hormat pendapat Grudem mengenai Roh Kudus.

[Jonathan Welton: Academic Christianity VS Popular Christianity; https://weltonacademy.com/blogs/jonathanwelton/50140737-academic-christianity-vs-popular-christianity, October 22, 2014, Translated by Mona]

*Note :
Veggi Tales adalah serial film animasi komputer Amerika yang menampilkan buah dan sayur dalam cerita yang membawa pesan moral berdasarkan ajaran Kristen.