26 November, 2016

Jaminan keselamatan

*JAMINAN KESELAMATAN (1X untuk selamanya / Aorist Tense).*

Dapatkah suatu tindakan iman yang terjadi sekali itu "menyelamatkan" jika itu tidak berkelanjutan? Dapatkah tindakan iman itu berhenti dan janji keselamatannya tetap masih diterima? Abraham percaya kepada Allah dan itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran (Kej 15:6). Jika iman Abraham berhenti (berakhir), akankah kebenaran yang dianugerahkan itu berhenti?

Dari Alkitab, kita tahu bahwa "iman" dimulai sebagai suatu tindakan sekali waktu yang telah lengkap (aorist tense) tapi terus berlangsung dalam kehidupan Kristen sebagaimana arti yang dibawa oleh tanda waktu kalimat present tense bahasa Yunani. Perintah-perintah yang diberikan dalam present tense diharapkan memiliki aplikasi yang terus-menerus atau berulang. Ketika menggunakan present tense, jika kita mau memasok kata-kata atau frasa-frasa berikut untuk pembaca Alkitab, kita akan secara signifikan meningkatkan pemahamannya tentang ayat-ayat Alkitab. Kata-kata ini adalah: secara berulang kali; yaitu lagi dan lagi (terus-menerus), secara konstan, secara berkesinambungan, secara lazim, sebagai suatu kebiasaan atau gaya hidup, atau secara tanpa terputus.

Pertimbangkanlah ayat-ayat berikut dan bagaimana present tense bahasa Yunani mempengaruhinya:

Yoh 3:16 – "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya (present tense: percaya dan terus-menerus percaya) kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Ibr 10:14 – Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan. (present tense: mereka yang dikuduskan (dipisahkan) dan terus-menerus dipisahkan, dimana satu korban itu telah menyempurnakan selamanya. The New King James Version mengatakan "dikuduskan". The New International Version mengatakan "dibuat menjadi suci.").

1 Yoh 3:9 – "Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi (present tense: yaitu, ia tidak terus-menerus berbuat dosa sebagai gaya hidupnya, menunjukkan hati yang bertobat); sebab benih ilahi tetap ada (present tense: benih Allah tinggal dan terus tetap tinggal) di dalam dia dan ia tidak dapat (present tense: sebagai gaya hidup atau tanpa terputus) berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah."

Mark 1:15 – kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (present tense: yaitu, bertobat dan terus-menerus bertobat sesering situasi atau kebutuhan muncul), dan percaya (present tense : yaitu, percaya dan terus-menerus percaya) Injil.

Yoh 5:24 – Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya (present tense: dan terus-menerus percaya) kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

Luk 15:7 – "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat (present tense: dan terus berlanjut dalam pertobatan, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.""

Kisah 17:30 – "Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan (KJV: memerintahkan) (present tense: terus-menerus memerintahkan) kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat. (present tense: dan melanjutkan dalam pertobatan).

Yoh 6:47 – Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya (present tense: dan terus-menerus percaya), ia mempunyai hidup yang kekal.

Rom 4:5 – Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya (present tense: dan terus-menerus percaya) kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.

Kisah 26:20 – "Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka harus bertobat (present tense: dan terus-menerus dalam pertobatan) dan berbalik (present tense: dan terus berbalik / berubah menuju) kepada Allah serta melakukan (present tense: serta terus-menerus melakukan karya-karya atau perbuatan-perbuatan yang membuktikan pertobatan Anda) pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu."

Kesimpulan :
Present tense digunakan ratusan kali dalam Alkitab. Bukan maksud saya untuk menampilkan semua ayat kitab suci yang berhubungan dengan subjek ini. Kebenaran tentang iman yang menyelamatkan adalah bahwa hal itu terjadi terus-menerus dan diajarkan oleh gereja mula-mula. Kemudian satu dari teologi modern, Calvinisme, yang mengakui jaminan kekal, mengajarkan bahwa orang-orang percaya sejati memang dapat tersandung atau jatuh, tapi mereka tetap akan bertahan dalam iman Kristen (1 Kor 1:8). Mereka yang percaya keamanan yang kekal percaya juga bahwa orang Kristen sejati telah mengalami kematian terhadap dosa dan tidak akan berlanjut di dalamnya (Rom 6:1-3).
Mereka yang kemudian akhirnya akan berbalik dari Kristus menunjukkan bahwa mereka tidak pernah benar-benar dilahirkan kembali (1 Yohanes 2:19).

Rasul Yohanes mengatakan "Jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri" (1 Yohanes 1:8), tetapi ia juga mengatakan, "Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi" (1 Yohanes 3:9). Di sini kita memiliki paradoks, tapi bukan suatu inkonsistensi dalam Alkitab. Semua orang Kristen berbuat dosa (1 Yohanes 1:8), tetapi semua orang Kristen juga taat (1 Yohanes 2:3). Dosa dan kedagingan masih ada bersama orang-orang Kristen, tetapi dosa tidak bisa menjadi tuan atau sifat mereka yang membedakan (1 Yohanes 3:9). Pertobatan dan iman sejati membutuhkan perubahan pikiran, perubahan hati, perubahan arah, meskipun itu tidak sempurna (Kisah Para Rasul 26:18 dan 1 Yohanes 1:8). "Buah" masih merupakan suatu tes mengenai realitas dan keaslian iman.

Iman adalah suatu keyakinan supernatural yang teguh yang mengatur perilaku orang percaya sejati dan menghasilkan tindakan-tindakan yang menyertainya. Hal ini ditunjukkan dari contoh-contoh iman dalam kitab Ibrani pasal 11, yang menghasilkan tindakan-tindakan yang bersesuaian. Dengan kata lain, apa yang kita lakukan adalah hasil dari apa yang kita percayai. Kitab Yakobus 2:18 mengatakan, "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."

Ketika para rasul berbicara dalam suatu cara yang negatif tentang perbuatan-perbuatan, mereka mengacu pada "hukum Taurat"; yaitu apa pun yang orang-orang lakukan untuk mendapatkan atau mengupayakan keselamatan mereka.

Kitab Suci juga berbicara tentang buah keselamatan, yaitu perbuatan-perbuatan baik, atau pekerjaan-pekerjaan iman. Itu semua adalah karya-karya atau tindakan-tindakan, yang bermula dari pertobatan dan iman (Kis 26:20, Matius 3:7-10, 1 Tesalonika 1:3, dan Yakobus 2:14-26), perbuatan-perbuatan itu menunjukkan bukti keselamatan. Kesatuan yang diekspresikan di antara pertobatan dan iman adalah bahwa mereka kedua-duanya memiliki buah atau bukti yang sama: perbuatan-perbuatan baik. Kita tidak diselamatkan oleh perbuatan baik, tetapi kita diselamatkan kepada/untuk perbuatan baik (bacalah Ef 2:8-10 untuk membedakan sifat yang kontras diselamatkan oleh dan kepada/untuk). Pekerjaan-pekerjaan adalah tes terhadap realitas iman ini, dan 'kasih karunia' yang pada akhirnya tidak mempengaruhi kehidupan dan tindakan seseorang tidak dapat dianggap sebagai kasih karunia Allah yang benar (Titus 2:11-12). Yesus mengajarkan bahwa dari buahnya, orang-orang percaya yang sejati akan dikenal (Matius 3:8, 7:16-20, 25:34-40; Yohanes 13:35, 14:23; Kis 26:20; Rom 2:6-11; Yakobus 2:14-18; dan 1 Yohanes 3:10).

~Don Krow

06 November, 2016

Dibebaskan dari kebenaran yang tidak lengkap

*DIBEBASKAN DARI KEBENARAN YANG TIDAK LENGKAP.*

It is a very blessed day!

Sudah lebih dari 20 tahun, sejak saya terima Tuhan, saya melihat alkitab itu tidak konsisten. Satu waktu diajarkan Tuhan itu adalah kasih. (1 Yoh 4:8) KasihNya kekal (Yeremiah 31:3), kasihNya sempurna (Mazmur 52:8) kasihNya tidak membedakan (Yohanes 3:16) dan kasihNya… Namun dilain waktu dikatakan Tuhan mengutuk (Ulangan 28:15-68) Kasih Tuhan itu seolah bersyarat.

Tragisnya lagi di Ulangan 28 itu yang menyinggung berkat lebih sedikit dibanding kutuk, berkat hanya 14 ayat dan kutuk 54 ayat. Bingung saya padahal dari awal saya diajarkan kalau alkitab itu adalah Good News / Berita Baik ??? Belum lagi mengenai kutuk keturunan. (Keluaran 20:5; 34:7; Bilangan 14:18; Ulangan 5:9) Rasanya tidak adil banget ayahnya bikin salah tapi anaknya kena akibatnya.

Ini hanya beberapa contoh dari ketidak konsistenan alkitab. Contoh lain adalah pengajaran Yesus di atas bukit Matius 5, ditemukan banyak sekali ketidak konsistenan. Saya cukup ambil satu dua contoh saja. Mengapa banyak sekali orang Kristen yang marah tapi tidak dihukum? Mengapa sampai sekarang saya tidak pernah mendengar atau membaca atau melihat ada yang matanya dicungkil atau tangannya buntung di gereja karena mentaati ajaran Yesus itu?? Apakah mungkin ada orang yang bisa sempurna seperti Bapa disurga sempurna??? Artinya adalah suatu misi yang tidak mungkin yang diajarkan Yesus diatas bukit. Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab didalam alkitab karena ketidak konsistenan itu. Akhirnya saya paling berkata kalau saya mengerti segala sesuatu mengenai Tuhan, Dia bukan Tuhan lagi.

Namun semua pertanyaan ini tidak terus menghilang karena memang jawabannya adalah jawaban pasrah… :)) alias kurang mantap…

Sampai akhirnya sejak 2 tahun yang lalu, saya mulai belajar mengenai injil kasih karunia (the Gospel of Grace) atau juga disebut injil Yesus Kristus (the Gospel of Jesus Christ). "Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah." Kisah Rasul 20:24 (inilah tujuan dari hidup Rasul Paulus, memberikan kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah)

Pelan-pelan saya mulai memahami dan melihat bahwa alkitab itu konsisten, Tuhan kita adalah Tuhan yang konsisten. Hal yang menjadi pertanyaan mulai terjawab. Sekarang alkitab menjadi jauh lebih jelas dari sebelumnya. Mengapa demikian? Karena fokus saya berubah dari berpikir bahwa dunia berputar mengelilingi saya (I, Me, Myself) menjadi Tuhan kita, Yesus menjadi pusat dari segala sesuatu didunia ini… Cara baca alkitab pun berubah.

– Dulu saya diajarkan bawa alkitab itu ditulis kepada saya, sekarang saya mengerti bahwa alkitab bukan ditulis kepada saya tetapi kepada orang pada jaman itu yang berguna untuk saya. Misalnya kita tahu bahwa Yesus datang untuk bangsaNya Yahudi, makanya kotbah di bukit itu adalah ditujukan kepada orang2 Yahudi yang nongkrong di bukit tersebut yang tentu saja dasar percaya mereka adalah hukum taurat. Disitu Yesus ingin menyatakan kepada mereka kejernihan dan betapa tingginya standar dari hukum taurat itu. Tujuannya supaya jika mereka mengerti, mereka akan sadar bahwa memang tidak ada yang bisa penuhi hukum taurat oleh karena itu Yesus ingin membawa mereka melihat dan datang kepada Dia sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup.

– Dulu saya diajarkan kalau baca alkitab itu, cari dimana sayanya dan apa yang harus saya lakukan. Sekarang saya mengerti kalau baca alkitab cari dimana Tuhan Yesusnya dan apa yang Dia sudah lakukan untuk saya. Misalnya saya dulu pernah diajarkan bahwa murid yang paling dikasihi Yesus adalah Yohanes. Dikarenakan ada ayat yang menyatakan "murid yang dikasihi Yesus" dan itu direfer kepada Yohanes. Saya pikir kok Tuhan pilih kasih yah seperti manusia. Belakangan saya baru tahu, kalau pernyataan itu hanya ada diinjil Yohanes dan disebutkan sebanyak 5 kali oleh dirinya sendiri. Awalnya saya pikir Yohanes ngaku-ngaku sendiri alias GeEr… Namun saat saya perhatikan lagi ternyata kelima-limanya menyatakan hanya "murid yang dikasihi Tuhan" saja, dan tidak dikatakan lebih atau paling dikasihi artinya setiap kita yang percaya Yesus sebagai Tuhan berhak mengatakan hal yang sama. Saya adalah murid yang dikasihi Tuhan. Kemudian dikonfirmasi dengan pernyataan Yohanes sendiri di 1 Yohanes 4:16a yang mengatakan "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita…" Didalam salah satu versi bahasa Inggris dikatakan know and rely upon the love of Jesus. Saat kita berfokus kepada apa yang Tuhan lakukan kepada kita, kita menemukan kebenaran bahwa Tuhan mengasihi setiap kita tanpa memandang perbedaan dan kasihNya dashyat dan kekal. Oleh karena itu kita bisa seperti Yohanes mengatakan bahwa saya adalah murid yang dikasihi Tuhan dan bersandar kepada kasihNya yang membuat kita menjadi lebih dari pemenang.

– Dulu saya diajarkan alkitab ditulis dari Kejadian sampai Wahyu semua ditujukan untuk saya. Sekarang saya mengerti kalau baca alkitab harus menarik garis antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru supaya bisa melihat konsistensi dari alkitab itu sendiri. Dan kebangkitan Yesus sebagai awal dari Perjanjian Baru.

Misalnya: dulu saya diajarkan mengenai kutuk keturunan yang ada didalam hukum taurat (Perjanjian Lama). Setiap kali saya tidak berhasil didalam sesuatu hal, saya akan mulai cari-cari dan merekah-merekah dimana letak kesalahan saya. Bahkan salah satu yang sering saya pikirkan adalah apakah ini karena akibat dari kesalahan orang tua atau kakek nenek saya. Perjalanan salib Yesus adalah pusat dari berita Injil kasih karunia. Setiap yang Yesus alami didalam perjalanan salibnya memiliki suatu arti signifikan bagi kita. Oleh karena itu setelah Ia menyelesaikan semuanya atau setelah menebus semua yang harus Ia tebus, Dia mengatakan "Sudah Selesai", kemudian Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya.

Pernahkah anda berpikir mengapa saat Yesus mengatakan Aku Haus, yang diberikan bukanlah air tetapi anggur asam (bahasa Indonesia bilang cuka tetapi di Ortodox Jewish Bible dan New American Standard dikatakan sour wine). Di Yehezkiel 18:2 dikatakan "Ada apa dengan kamu, sehingga kamu mengucapkan kata sindiran ini di tanah Israel: Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu?". Dalam bahasa Inggris buah mentah itu disebut sebagai sour grapes. Perhatikan Sour Wine dan Sour Grapes. Bukankah kedua-duanya adalah anggur. Kesimpulannya apa? Bahwa terakhir yang Yesus tebus di salib sebelum Dia katakan sudah selesai adalah kutuk keturunan. Bukankah bahwa ini adalah berita baik?

– Dulu saya mencoba mengerti Tuhan melalui keterbatasan kata-kata manusia. Sekarang saya baru mengerti bahwa anugrah dan kasih Tuhan itu lebih dari yang dapat diungkapkan dengan kata-kata atau bahasa manusia. Saya pernah dengar ada yang berkata kalau bahasa Indonesia hanya ada sekitar 90.000 an kosa kata sedangkan bahasa Inggris punya 3 juta an kosa kata. Bahkan dengan berapa milliar kosa katapun tidak cukup untuk mendeskripsikan kasih dan anugrahNya yang begitu berlimpah. Oleh karena itu sering terjadi misinterpretasi karena banyak ketidak tepatan dalam terjemahan. Belum lagi dari bahasa aslinya ke Inggris saja sudah ada yang meleset. Misalnya takut akan Tuhan diterjemahkan dari bahasa Inggris yang mengatakan "fear of the Lord" yang kalau dari bahasa aslinya terjemahannya harusnya adalah extravagant respect. Sekarang bagaimana itu kata diterjemahkan ke Indonesia? Hormat yang luar biasa…? Yang pasti kata takut itu mengandung makna negatif. Saat saya takut sama sesorang saya akan cenderung menghindar dari orang tersebut. Jadi terjemahannya itu kurang tepat. Oleh sebab itu sekarang sebagai seorang guru sekolah minggu, saya tidak lagi berdoa agar anak-anak ini takut akan Tuhan melainkan agar mereka dapat mengenal kasih Tuhan yang luar biasa dalam hidup mereka. Dan banyak lagi tips yang lain dalam membaca alkitab yang silahkan yang lain tambahkan.

Namun prinsip dasarnya adalah mulai merubah dari I, Me, Myself kepada Jesus dan karyaNya yang sempurna. Sehingga saya bisa melihat bahwa injil Kasih Karunia itu adalah sepenuhnya Good News/Berita Baik.

Masalahnya adalah apakah kita sudah bisa melihat bahwa ini adalah berita baik bagi orang percaya? Selanjutnya apakah kita percaya kepada berita baiknya tanpa pakai jikalau, hanya saja, seumpama, andaikata….?

Manusia suka berandai-andai untuk sesuatu yang belum terjadi. Tidak ada kata andaikan untuk Tuhan kita. Kuasa dan anugrahNya melebihi pengertian kita. Bahkan untuk sesuatu yang sudah terjadi, saat Lasarus sudah dikubur, Marta dan Maria berandai jikalau Tuhan bisa datang lebih awal saudaranya tidak akan mati. Mati dan sudah dikubur 4 haripun, tidak ada artinya bagi Tuhan kita. Dia akan selalu datang dengan berita baik.

Tidak ada orang yang kalau sudah ketemu Tuhan akan malas, yang ada hanya orang percaya yang belum mengenal siapa dirinya dan mengenal siapa Tuhannya. Tidak mungkin kalau seseorang mendapat kerjaan banyak terus dia tinggal tidur, kecuali memang orang itu sedang sakit. Sama seperti Petrus, jalanya penuh dengan ikan kok bisa ditinggal pergi? Rasanya aneh malah sebaliknya bisa sampai lupa atau tidak sempat makan karena kerjaannya banyak. Dan bahkan butuh bantuan karena berkatnya berlimpah.

Setiap orang akan mengalami masalah atau badai dalam hidup, namun yang dibutuhkan hanyalah percaya bahwa kita adalah seorang pemenang dan bahkan lebih dari pemenang oleh karena kasihNya. Seringkali saat ditengah badai, kita suka lupa siapa yang sedang bersama dengan kita. Itulah yang dialami oleh murid-murid Tuhan Yesus. Mereka panik, dan berkata bahwa mereka akan binasa lalu membangunkan Yesus. Setelah Yesus bangun dan meneduhkan badai, dua pertanyaanNya yang perlu selalu kita ingat, mengapa kamu takut? Mengapa kamu tidak percaya?

Percayalah bawa Injil/Gospel = Good Spell = Berita Baik, yang ada hanyalah berita baik. Saya mau kasih satu personifikasi yang di hiperbola mengenai berita baik dari Tuhan kita, kalau Dia mau bikin seluruh isi neraka menjadi selamat pada akhirnya, Dia bisa dan sanggup dan itu adalah hak Dia dan terserah Dia, kita tidak punya hak untuk protes ini dan itu…. Justru kita bersukacita karena seluruh keluarga, sanak saudara dan teman2 kita selamat…

Didalam Injil kasih karunia, Jesus is our all in all, semua dari Dia, untuk Dia dan kepada Dia, semua kemuliaan hanya bagi Dia saja. Artinya tidak ada kitanya… Kalau ada satu titik saja dari kitanya didalam pikiran kita, itu bukan lagi anugerah dan Dia bukan lagi our all in all. Pekerjaan kita adalah hasil dari hidupNya didalam kita. Dia yang ada didalam kita mengekspresikan hidupNya. Itulah misteri yang sudah disimpan selama berabad-abad, yang dibukakan kepada Rasul Paulus yaitu Kristus di dalam kita adalah pengharapan kemuliaan.

Jika ada satu titik saja yang kita berpikir karena hasil usaha kita, kalau berhasil kepala tambah gede sedikit alias sombong dan kalau gagal hatinya mengecil sedikit alias kecewa.

Injil kasih karunia adalah injil Kristus Yesus yang berfokus kepada Dia dan bukan berandai-andai dengan kondisi manusia karena kondisi apapun manusia itu tidak valid bagi Dia (selalu ada jalan keluar /selalu ada berita baik). Yang perlu kita pelajari adalah mengenal kasih, kuasa dan anugerahNya yang berlimpah atas hidup kita dan bersandar kepada semua itu… Trust HIM!!!

~Swanky Djongroaminoto, https://karnakasihnya.wordpress.com/2011/12/06/set-free-from-half-truth-dibebaskan-dari-kebenaran-yang-tidak-lengkap/

37 ayat yg membuktikan anda tidak dibawah hukum tauray

*37 scriptures that prove christians are not under the law!.*

Many Christians give lip service to the fact they live in the New Covenant.

The truth however is that because they fail to realise they are no longer under the law they are really still living in an Old Covenant reality.

Here are 37 scriptures that prove that Christians are not under the law!
Acts

    The law is an unbearable yoke. (Acts 15:10)

Romans

    The law reveals sin but cannot fix it. (Romans 3:20)

    If the law worked then faith would be irrelevant. (Romans 4:14)

    The law brings wrath upon those who follow it. (Romans 4:15)

    The purpose of the law was to increase sin. (Romans 5:20)

    Christians are not under the law. (Romans 6:14)

    Christians have been delivered from the law. (Romans 7:1-6)

    The law is good, perfect and holy but cannot help you be good, perfect or holy. (Romans 7:7-12)

    The law which promises life only brings death through sin. (Romans 7:10)

    The law makes you sinful beyond measure. (Romans 7:13)

    The law is weak. (Romans 8:2-3)

    October 11, 2013 by Phil Drysdale 21 Comments

    Many Christians give lip service to the fact they live in the New Covenant.

    The truth however is that because they fail to realise they are no longer under the law they are really still living in an Old Covenant reality.

    Here are 37 scriptures that prove that Christians are not under the law!
    Acts

        The law is an unbearable yoke. (Acts 15:10)

    Romans

        The law reveals sin but cannot fix it. (Romans 3:20)

        If the law worked then faith would be irrelevant. (Romans 4:14)

        The law brings wrath upon those who follow it. (Romans 4:15)

        The purpose of the law was to increase sin. (Romans 5:20)

        Christians are not under the law. (Romans 6:14)

        Christians have been delivered from the law. (Romans 7:1-6)

        The law is good, perfect and holy but cannot help you be good, perfect or holy. (Romans 7:7-12)

        The law which promises life only brings death through sin. (Romans 7:10)

        The law makes you sinful beyond measure. (Romans 7:13)

        The law is weak. (Romans 8:2-3)

    1 Corinthians

        The strength of sin is the law (1 Corinthians 15:56)

    2 Corinthians

        The law is a ministry of death. (2 Corinthians 3:7)

        The law is a ministry of condemnation. (2 Corinthians 3:9)

        The law has no glory at all in comparison with the New Covenant. (2 Corinthians 3:10)

        The law is fading away. (2 Corinthians 3:11)

        Anywhere the law is preached it produces a mind-hardening and a heart-hardening veil. (2 Corinthians 3:14-15)

    Galatians

        The law justifies nobody. (Galatians 2:16)

        Christians are dead to the law. (Galatians 2:19)

        The law frustrates grace. (Galatians 2:21)

        To go back to the law after embracing faith is "stupid". (Galatians 3:1)

        The law curses all who practice it and fail to do it perfectly. (Galatians 3:10)

        The law has nothing to do with faith. (Galatians 3:11-12)

        The law was a curse that Christ redeemed us from. (Galatians 3:13)

        The law functioned in God's purpose as a temporary covenant from Moses till John the Baptist announced Christ. (Galatians 3:16 & 19, also see… Matthew 11:12-13, Luke 16:16)

        If the law worked God would have used it to save us. (Galatians 3:21)

        The law was our prison. (Galatians 3:23)

        The law makes you a slave like Hagar. (Galatians 4:24)

    Ephesians

        Christ has abolished the law which was a wall of hostility (Ephesians 2:15)

    Philippians

        Paul considered everything the law gained him as "skybalon" which is Greek for "poop". (Philippians 3:4-8)

    1 Timothy

        The law is only good if used in the right context. (1 Timothy 1:8) (see next verse for the context)

        It was made for the unrighteous but not for the righteous. (1 Timothy 1:9-10)

    Hebrews

        The law is weak, useless and makes nothing perfect. (Hebrews 7:18-19)

        God has found fault with it and created a better covenant, enacted on better promises. (Hebrews 8:7-8)

        It is obsolete, growing old and ready to vanish. (Hebrews 8:13)

        It is only a shadow of good things to come and will never make someone perfect. (Hebrews 10:1)

[Phil Drysdale  37 scriptures that prove that Christians are not under the law!, http://www.phildrysdale.com/2013/10/37-scriptures-that-prove-christians-are-not-under-the-law/, Oct, 11, 2013]

Duri dalam daging

DURI DALAM DAGING PAULUS

Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. 
Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. 
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 
10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. 
(2 Korintus 12:7-10)

Duri dalam daging yang disebutkan Paulus ini telah dipakai dan disalahgunakan oleh banyak orang Kristen untuk membenarkan diri karena tunduk kepada hampir setiap masalah yang datang. Iblis telah memelintir bagian Alkitab ini untuk menipu begitu banyak orang supaya percaya bahwa jika Allah tidak menyembuhkan Paulus, bagaimana mungkin mereka berharap disembuhkan? Mari kita memeriksa lebih dekat dan mencari tahu apa itu "duri dalam daging" Paulus.

Pertama-tama, "duri" ini datang karena begitu berlimpahnya pewahyuan yang Paulus terima. Sampai seseorang memiliki pewahyuan yang berlimpah, yang setara dengan apa yang telah Paulus terima, dia tidak akan memiliki "duri." Hal ini akan mendiskualifikasi semua orang yang bersembunyi di balik alasan duri dalam daging Paulus.

Kemudian, ayat 7 mengatakan bahwa duri itu datang supaya Paulus tidak meninggikan diri. Secara tradisional, duri tersebut ditafsirkan sebagai cara menjaga Paulus tetap rendah hati. Oleh sebab itu, pasti Allah yang menciptakannya, karena hanya Allah yang ingin Paulus tetap rendah hati. Tetapi ada cara yang saleh untuk dapat ditinggikan. Satu Petrus 5:6 mengatakan, "Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya." Mereka yang menundukkan diri (rendah hati) kepada Allah akan ditinggikan oleh Allah. Paulus tidak berbicara tentang meninggikan diri melalui kebanggaan diri sendiri, sebaliknya sedang berbicara bahwa duri itu datang dari iblis untuk menghalangi Paulus ditinggikan oleh Allah di hadapan orang-orang. Orang-orang pasti menerima apa yang Paulus khotbahkah jika pesan Paulus "menyenangkan" bagi mereka. Tetapi ada utusan iblis yang selalu menggocoh Paulus dan membuat orang yang lemah hati takut berkomitmen kepada Yesus, yang Paulus beritakan.

Allah membuat besar, atau meninggikan Yosua di hadapan umat-Nya (Yosua 3:7). Dia kembali melakukannya atas orang-orang yang dipakai-Nya dalam perjanjian yang baru [new covenant] (Kisah Para Rasul 5:13). Jadi, kita melihat bahwa peninggian yang dibicarakan bukanlah hal negatif tetapi hal yang saleh. Dan semakin memperkuat fakta bahwa duri itu bukanlah perbuatan Allah.

Dalam ayat 7, tepat setelah duri dalam daging disebutkan, ada frasa yang yang mengatakan, "yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku." Inilah penjelasan tentang apa gerangan duri itu sebenarnya. Duri bukanlah sesuatu hal (thing) melainkan utusan iblis. Kata yang digunakan sebagai "utusan" di ayat ini selalu diterjemahkan sebagai malaikat atau utusan dan mengacu pada makhluk ciptaan. Jadi, duri dalam daging Paulus sebenarnya adalah roh jahat yang dikirim iblis untuk menggocoh dia. Kata "menggocoh" berarti menyerang berulang kali seperti gelombang ombak menghempas pantai.

Bagaimana kuasa jahat ini terus menyerang Paulus? Secara tradisional diajarkan bahwa Paulus diserang dengan penyakit, dan yang membuat banyak orang menerima pengajaran ini adalah penggunaan kata-kata "weakness" dan"infirmity" (sama-sama diterjemahkan sebagai kelemahan) dalam ayat 9 dan 10. Kelemahan memang berarti penyakit dan digunakan dengan arti yang sama dalam 1 Timotius 5:23, tetapi bukan itu satu-satunya arti kata tersebut. Definisi keduainfirmity adalah kekurangan atau ketidakmampuan. Contohnya, dalam Roma 8:26 dikatakan, "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita."Dalam ayat ini, jelas konteks kata kelemahan tidak berbicara tentang penyakit melainkan ketidaktahuan apa yang akan didoakan. Pikiran kita yang terbatas merupakan kelemahan atau kekurangan.

Jika kita melihat konteks duri dalam daging Paulus, kita menemukan bahwa kelemahan tidak berarti penyakit dalam 2 Korintus 12:9 dan 10. Dalam 2 Korintus 11:30, Paulus menggunakan istilah yang sama dalam "glorying in infirmities"(bermegah dalam kelemahan) yang digunakan hanya beberapa ayat setelah dia berbicara tentang duri ini. Dalam pasal kesebelas dia baru saja membuat daftar kelemahan-kelemahan itu. Dalam ayat 23-29 pasal tersebut, dia membuat daftar hal-hal seperti penjara, bilur-bilur, karam kapal, dan dilempari batu; tidak satupun yang berbicara tentang penyakit. Ayat 27 menyebutkan kelemahan dan kesakitan (painfulness), yang oleh beberapa orang telah dicoba untuk diartikan sebagai penyakit (sickness), tetapi lebih mungkin kata itu mengarah kepada berjerih lelah (weary) dan menderita kesakitan dari hal-hal seperti dilempari batu hingga hampir mati (Kisah Para Rasul 14:19). Semua hal dalam daftar 2 Korintus 11 menyebut penganiayaan sebagai kelemahan. Jadi, dalam konteksnya, duri dalam daging Paulus adalah malaikat atau utusan yang dikirim Iblis yang terus-menerus menimbulkan penganiayaan terhadap dirinya. Hal ini dibuktikan oleh tiga referensi Perjanjian Lama (Bilangan 33:55; Yosua 23:13 dan Hakim-hakim 2:3), saat ada orang yang dianggap sebagai "thorns by your side" (TB: menjadi musuhmu) dan"thorns in your eyes" (duri di matamu).

Paulus meminta Tuhan untuk melepaskan dia dari penganiayaan, bukan penyakit, dan Tuhan mengatakan bahwa kasih karunia-Nya cukup baginya. Kita tidak ditebus dari penganiayaan, dan Paulus kemudian menyatakannya dalam 2 Timotius 3:12, "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya." Karena itu, dengan senang hati, Paulus bermegah (gloried) di dalam penganiayaan, celaan, kekurangan dan kesusahan sehingga kuasa Kristus turun menaunginya (2 Korintus 12:9). Kata "glory" adalah kata Inggris kuno yang berarti memiliki kuasa atau memerintah. Kata ini digunakan dalam Keluaran 8:9 saat Musa mengatakan kepada Firaun untuk memerintahkan dirinya (glory over him) untuk melenyapkan katak-katak yang meliputi tanah Mesir. Jadi ketika Paulus berbicara tentang bermegah atas kelemahan atau penganiayaan, dia berbicara tentang kemenangan bahkan di tengah-tengah gangguan yang terus-menerus datang.

Dalam Kisah Para Rasul 14:19, Paulus dilempari batu dan dikira mati, tetapi Allah membangkitkan dia, dan hari berikutnya dia berjalan setidaknya dua puluh mil ke kota berikutnya dan mulai berkhotbah lagi. Allah tidak menghentikan penganiayaan, namun kekuatan Allah sempurna dalam kelemahan Paulus (ayat 9). Dapatkah Anda membayangkan apa yang dipikirkan oleh orang-orang yang melempari dia? Mereka bisa melihat manusia Paulus luka-luka dan memar, tetapi mereka juga bisa melihat kekuatan supernatural Allah mengalir melalui dia. "Sebab jika aku lemah, maka aku kuat" (ayat 10).

Ada dua ayat lain dalam Kitab Suci yang digunakan oleh orang yang mempercayai bahwa duri dalam daging Paulus adalah penyakit, untuk membuktikannya. Salah satunya adalah Galatia 4:13-15. Dalam ayat ini Paulus mengatakan bahwa dia memberitakan Injil kepada orang Galatia ini melalui infirmity of the flesh (TB: sakit pada tubuhku), dan dalam ayat 15, dia katakan bahwa orang-orang Galatia pasti bersedia mencungkil mata mereka sendiri dan memberikannya kepada Paulus. Tentang ayat ini, saya pernah mendengar para pelayan Tuhan memberitakan bahwa duri dalam daging Paulus adalah penyakit kuno langka yang ditandai dengan mata yang bengkak dan berair. Tetapi mari kita lihat kepada siapa Paulus berbicara ketika dia mengatakan hal tersebut. Dia menulis kepada orang-orang yang tinggal di wilayah yang dikenal sebagai Galatia, dengan kota-kota utama Derbe, Listra, dan Ikonium. Peristiwa yang disebutkan sebelumnya, yakni Paulus dilempari batu hingga hampir mati, terjadi di Listra, sebuah kota Galatia. Hari berikutnya Paulus berjalan ke Derbe, kota lain di Galatia, dan mulai berkhotbah kepada mereka. Saya yakin mata Paulus pasti bengkak dan berair, dengan tubuh penuh luka dan memar, tetapi itu bukan karena penyakit. Tetapi karena Paulus baru saja dirajam. Dia juga mengatakan dalam ayat 13 bahwa kelemahan itu disandangnya"pertama kali," yang menyiratkan kesan hal itu hanya sementara dan dia pulih darinya.

Ayat Kitab Suci selanjutnya yang digunakan untuk mengatakan duri dalam daging Paulus adalah penglihatan yang buruk juga terdapat di Galatia, pasal 6, ayat 11, yang mengatakan, "Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri." Orang-orang mengatakan penglihatan Paulus begitu buruk sehingga dia harus menulis dalam huruf besar, dan inilah kelemahan yang Paulus maksudkan. Tetapi itu hanyalah anggapan yang tidak cukup kuat. Jauh lebih dapat dipercaya bahwa dia semata mengacu pada panjangnya surat yang telah dia tulis kepada jemaat Galatia.

Alasan mengapa sangat penting untuk menyadari bahwa duri dalam daging itu bukanlah sesuatu yang Yesus mati untuk menebus kita darinya, seperti penyakit, adalah supaya kita tidak tunduk kepada hal-hal tersebut. Yakobus 4:7 mengatakan,"Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!" Kita harus menolak, atau melawan secara aktif setan dan hal-hal yang dibawanya, untuk melihat mereka melarikan diri. Iblis telah menggunakan pengajaran tradisional tentang duri dalam daging Paulus untuk membuat banyak orang Kristen tunduk kepadanya. Tetapi, puji Tuhan, Anda akan mengetahui kebenaran dan kebenaran, akan memerdekakan Anda.

Diterjemahkan oleh Paul Tyo.

Puasa under grace bag 1

SEPERTI APA BERPUASA DI BAWAH KASIH KARUNIA? DAN APAKAH ANDA PERLU MELAKUKANNYA? (1/2)

Berpuasa adalah disiplin rohani yang populer di lingkungan orang Kristen. Saya sendiri adalah seorang pelaku puasa yang fanatik dan penuh semangat. Namun lebih sering karena motivasi yang salah. Sejak saya mengerti realita karya salib yang sudah tuntas dan sempurna, alias kasih karunia, apa yang saya percayai tentang puasa berubah secara dramatis.

Dulu saya percaya berpuasa itu diperlukan supaya kita semakin serupa Kristus dan supaya kita bisa semakin cepat mengubah dunia, karena berpuasa saya anggap akan mendatangkan kebangunan rohani (revival), membuat kuasa Allah mendobrak setiap keluarga dan bangsa, sehingga mereka diselamatkan, dipulihkan dan dilepaskan.

Saya sering melewatkan jam makan, berdoa sungguh-sungguh di ruang doa saya, memohon Allah menurunkan kebangunan rohani, mengharapkan Dia melakukan hal-hal yang Dia suruh saya lakukan. Saya hampir-hampir tak melihat adanya manifestasi supernatural sebanyak apapun saya berpuasa, memohon sambil memukuli dinding dan berseru-seru meminta kebangunan rohani.

Namun setelah kepercayaan saya berubah, tidak saja saya merasakan damai sejahtera, sukacita dan kemerdekaan, saya juga menyaksikan Allah bekerja secara supernatural melalui saya dan membawa kebangunan rohani kemanapun saya pergi! Sayalah kebangunan itu, untuk 'membangunkan' yang lain.

Albert Einstein pernah mengatakan kegilaan adalah melakukan hal yang sama lagi dan lagi tapi mengharapkan hasil yang berbeda. Jika anda tidak melihat hasil yang Allah katakan akan anda dapatkan sebagai orang percaya, berarti anda sedang memercayai sesuatu yang salah! Hanya kepercayaan yang benar yang akan membawa hasil yang benar!

Saya tidak memiliki semua jawaban, tapi saya ingin membagikan beberapa pemikiran tentang seperti apa berpuasa di bawah kasih karunia dan apakah anda harus melakukannya.

APA YANG TIDAK BISA DICAPAI DENGAN BERPUASA
Saya akan membagikan hal-hal yang tidak bisa dicapai dengan berpuasa, untuk mematahkan kepercayaaan agamawi yang salah. Karena apa yang telah dicapai Kristus bagi anda:

• Berpuasa tidak membuat anda lebih benar, lebih diterima atau lebih menyukakan hati Allah

• Berpuasa tidak membuat anda semakin serupa Yesus, semakin rohani atau semakin kudus

• Berpuasa tidak membuat anda semakin dekat dengan Allah (anda sudah menjadi satu dengan Dia)

• Berpuasa tidak membuat anda jadi bersih, jadi 'lurus' dan siap menerima sesuatu dari Allah

• Berpuasa tidak membuat anda 'masuk lebih dalam' hadirat Allah (Dia sudah 'masuk' ke dalam anda)

• Berpuasa tidak membuat anda semakin kuat berpegangan dengan Allah (Dia yang memegang anda)

• Berpuasa tidak membuat Allah tersenyum dan mau bersekutu dengan anda

• Berpuasa tidak membuat Allah melepaskan lebih banyak kasih, kuasa, berkat atau pengurapan

• Berpuasa tidak membuat Allah makin berkenan kepada anda dan memberi anda lebih banyak iman dan kekayaan

• Berpuasa tidak membuat Allah bergerak dan (akhirnya) melakukan sesuatu bagi anda

• Berpuasa tidak membuat Allah (akhirnya) memperhatikan anda dan mendengarkan permintaan anda

• Berpuasa tidak membuat Allah menjawab doa-doa anda

• Berpuasa tidak membuat Allah lebih sering 'hadir' dalam ibadah atau pertemuan doa atau dalam doa-doa pribadi anda

• Berpuasa tidak menyebabkan kemenangan rohani dan fisik, atau juga tidak menyebabkan terjadinya terobosan (hanya iman yang bisa)

• Berpuasa tidak mengubah pikiran Allah untuk akhirnya bertindak dan melakukan sesuatu

Jika anda pikir berpuasa bisa mencapai hal-hal ini, itu artinya kepercayaan anda tidak terletak pada Kristus dan karya-Nya yang sempurna.

ALLAH BERKENAN PADA PERSEMBAHAN KRISTUS
Allah tidak berkenan pada persembahan anda -termasuk berpuasa- jika anda melakukannya dengan alasan supaya menjadi lebih baik, supaya anda benar di hadapan Allah atau supaya Allah melakukan sesuatu.

"Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" (Ibrani 10:8)

Allah tidak ingin anda bersimpuh di kaki-Nya memohon-mohon, "Ya Allah aku akan lakukan ini dan itu. Aku akan berhenti makan coklat dan melakukan puasa Daniel, karena persembahanku akan membuat aku semakin dekat kepada-Mu dan mendatangkan kebangunan rohani." Itu anti-Injil.

Allah sedikitpun tidak tertarik pada "persembahan" anda dan seberapa besar anda berkorban bagi Dia, karena yang membuat-Nya tertarik hanyalah persembahan Yesus dan betapa besar yang Dia korbankan bagi anda.

Mungkin anda bertanya mengapa Allah tidak berkenan pada persembahan anda. Itu mungkin karena anda tidak 'puas' dengan persembahan-Nya!

Karena Yesus adalah persembahan yang sempurna, anda tak perlu membuktikan keberhargaan anda agar Dia memberkati anda. Setiap berkat, entah itu keselamatan, kesehatan, kelepasan, penyediaan; semuanya datang kepada kita oleh hanya kasih karunia saja. Merasa harus 'bekerja' atau melakukan sesuatu untuk mendapatkan berkat Allah adalah seperti mencoba membeli sesuatu yang tidak dijual.

Tanpa membayar apapun, anda sudah dijadikan sempurna, tidak bercacat cela, diberkati, kudus, seperti Kristus, menjadi satu dengan Allah dan adalah kebangunan rohani itu sendiri.

Tanpa membayar apapun, anda sudah menerima kasih, kuasa, pengurapan, kemenangan, perkenanan, iman, kehormatan, kekayaan dan terobosan. Semua oleh kasih karunia. Dan kasih karunia itu cuma-cuma. Anda tidak perlu membayar ataupun mengorbankan apapun untuk mendapatkannya. Yesus sudah membayar semuanya!

Dengan kata lain, anda TIDAK BISA meraih tujuan yang sifatnya rohani dengan berpantang dari kesenangan jasmani.

Saya tidak menyangkal manfaat berpantang. Tapi poin yang ingin saya tekankan adalah berpantang makan stik yang empuk atau cheseeburger tidak membuat anda lebih kudus atau lebih dekat kepada Allah. Anda tak bisa membuat diri anda lebih benar, atau lebih menyenangkan Allah. Yesus sudah melakukan semuanya!

BERPUASA DI BAWAH PERJANJIAN YANG LAMA (Old Covenant)
Di bawah perjanjian yang lama, orang Israel dituntut berpuasa sekali dalam setahun. Yaitu pada hari raya Pendamaian (the Day of Atonement). Orang Israel akan berpuasa dengan memakai kain kabung dan abu untuk menunjukkan pertobatan yang sungguh-sungguh. Karena dosa kita sudah seluruhnya diampuni di salib, kita tidak perlu lagi berpuasa untuk tujuan ini. Sebaliknya, kita bersukacita atas Anak Domba yang telah disembelih demi pendamaian seluruh dosa dunia.

Ada orang yang menafsirkan Yesaya 58 adalah jenis puasa yang menyenangkan Allah di bawah perjanjian yang baru. Tetapi konteksnya menunjukkan bahwa pasal ini ditujukan kepada orang Israel yang ada di bawah perjanjian yang lama.

Ayat 1 menulis, TUHAN berkata, "Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka! 

Dan pada dua ayat terakhir tertulis: TUHAN berkata, "Jika engkau memperlakukan Sabat sebagai hari kudus dan tidak melakukan urusanmu pada hari itu; apabila engkau menghargai hari Sabat-Ku dan menghormatinya dengan tidak melakukan perjalanan, bekerja atau berkata omong kosong, maka engkau akan menemukan kesenangan karena melayani Aku. Aku akan membuat engkau dihormati di seluruh bumi, dan engkau akan menikmati tanah yang Kuberikan kepada bapa luluhurmu, Yakub. Aku, TUHAN lah yang mengatakannya" (Yesaya 58:13-14 Good News Bible).

Walaupun beberapa prinsip yang disebutkan di Yesaya 58 adalah hal yang baik, seperti di ayat 6-7 "membuka rantai kelaliman dan mematahkan kuk ketidakadilan, membebaskan yang tertawan, memecah-mecah roti bagi orang yang lapar, memberi pakaian, dst," namun tampak jelas bahwa berkat Allah dalam pasal ini tergantung kepada kemampuan Israel untuk menaati Taurat. Tetapi di bawah perjanjian yang baru, berkat Allah tidak tergantung kepada kemampuan anda menaati Taurat. YESUS SUDAH MENAATI DAN MENGGENAPI SEMUANYA.

BAGAIMANA DENGAN PUASA DI LUKAS 5:35?
Jika berpuasa tidak membuat kita menjadi kita (identitas) yang sesungguhnya dan tidak membuat kita diberkati, lalu untuk apa kita berpuasa? Memang anda tidak perlu! Berpuasa tidak pernah dianjurkan bagi orang percaya dalam kitab Perjanjian Baru.

Saat kita melihat kata-kata Yesus dalam Injil tentang hal berpuasa, kita harus mengingat baik-baik bahwa pada saat itu Yesus adalah seseorang yang berada di bawah Taurat kepada orang-orang yang juga berada di bawah Taurat.

Sesaat setelah Yesus berbicara tentang berpuasa "saat mempelai diambil dari mereka", Ia mengubah subyek pembicaraan dari berpuasa kepada perumpamaan kantong anggur lama dan baru, yang memberi kita petunjuk tentang konteks pembicaraan yaitu bahwa kasih karunia tidak bisa bercampur dengan Taurat. Yesus sedang memperkenalkan suatu perjanjian baru kasih karunia yang akan ditegakkan-Nya dengan darah-Nya sendiri di salib.

Setelah salib, bukan lagi melakukan puasa tahunan yang diwajibkan, umat Allah kini menikmati perjamuan setiap hari merayakan karya Yesus yang sempurna di salib. Puasa digantikan oleh perjamuan, perkabungan digantikan oleh tarian-tarian, dukacita digantikan oleh sukacita, abu digantikan oleh perhiasan kepala, keputusasaan digantikan oleh nyanyian puji-pujian.

Pasti ada yang bertanya, "Bagaimana dengan kata-kata Yesus bahwa apabila mempelai itu diambil dari para murid, pada waktu itulah mereka akan berpuasa?"

Karena murid-murid Yesus mengadakan perjamuan, bukannya berpuasa, orang-orang Farisi mengajukan komplain kepada Yesus, "Murid-murid Yohanes biasa berpuasa dan berdoa, demikian juga murid-murid orang Farisi. Mengapa murid-murid-Mu makan dan minum?" (Lukas 5:33 The Living Bible)

Yesus menjawab bahwa murid-murid-Nya tidak bisa berpuasa selama mempelai masih bersama mereka. Akan datang waktunya, kata Yesus, mereka akan berpuasa yaitu apabila mempelai itu diambil dari mereka (Lukas 5:34-35).

Tahukah anda berapa lama waktunya "mereka akan berpuasa" akan berlangsung? Itu adalah waktu dimana Yesus 'diambil' dari mereka, yaitu waktu antara kematian-Nya sampai waktu Dia memberikan Roh-Nya  pada perayaan Pentakosta. Selama hari-hari itu, Mempelai sedang tidak ada bersama mereka sehingga tepat waktunya untuk berduka dan berpuasa. Tapi saat Roh Yesus datang untuk berdiam di dalam setiap orang percaya, hari-hari berduka dan berpuasa itu berakhir selamanya.

Injil menyatakan: "Mempelai ada disini, Dia hidup di dalam kamu!" Itulah sebabnya kita diajak untuk terus melakukan perjamuan, bukan berpuasa. 1 Korintus 5:8 versi Young's Literal Translation berkata, "Karena itu marilah kita berpesta perjamuan, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran."

Yesus tidak tertarik dengan upaya kita berpuasa, menahan diri dan berpantang makanan. Dia tertarik kita makan kasih karunia perjanjian baru, makan Yesus Kristus dan karya-Nya yang sempurna.

Jangan kemana-mana. Ikuti bagian 2.

[Bas Rijksen: What Does Fasting Look Like Under Grace? And Should You Do It?; 9 January 2014]

basrijksen.com/what-does-fasting-look-like-under-grace-and-should-you-do-it-part-12/

03 November, 2016

Kristen akademik.vs.Kristen populer

*KEKRISTENAN AKADEMIK VS KEKRISTENAN POPULER.*

Sebelum kita membahas sistem kepercayaan dan pengajaran tertentu tentang Alkitab, kita harus melihat perbedaan antara dua subkultur yang paling menonjol dalam budaya agama Kristen yang lebih besar – Kekristenan akademik dan Kekristenan populer.

Dari sudut pandang antropologi, semua kebudayaan mengandung dua pembagian utama – budaya tinggi (high culture) dan budaya populer (popular culture). Budaya tinggi biasanya tercipta dari segmen populasi yang paling kaya dan paling terdidik. Orang-orang ini menghargai hal-hal indah dalam hidup – hal-hal seperti anggur mahal, makan malam mewah, musik klasik, busana formal, dan lainnya. Sekalipun budaya tinggi adalah minoritas dalam suatu kebudayaan, namun memiliki bagian terbesar kekuasaan dan pengaruh. Bersamaan dengan budaya tinggi ada yang namanya budaya populer (atau budaya pop), yang berisi mayoritas populasi dan menggambarkan apa yang populer di kalangan mayoritas. Jadi orang-orang yang ada dalam lingkungan budaya pop cenderung mendengarkan musik di radio dan menonton film baru terlaris. Mereka makan di restoran cepat saji dan berbelanja di toko jaringan. Kelompok ketiga, yang disebut budaya rakyat, sering muncul sebagai reaksi terhadap budaya populer. Tapi bukannya bergabung dengan budaya tinggi, mereka memisahkan diri dari norma umum dan hidup dengan cara mereka sendiri. Mereka membanggakan diri dengan membuat keputusan kontra-budaya. Misalnya, mereka memutuskan menjadi vegetarian, melahirkan di rumah, memutuskan untuk tidak memvaksinasi anak-anak mereka, dan mendengarkan musik independen/indie dan menonton film-film yang jarang diputar oleh bioskop pada umumnya. Perbedaan antara tiga kelompok ini signifikan, namun mereka semua adalah bagian dari kebudayaan secara keseluruhan.

Budaya dalam Gereja juga berisi tiga unsur tersebut. Kekristenan populer adalah budaya dari mayoritas Kristen. Di Amerika Serikat, itu termasuk hal-hal seperti Veggie Tales*, gelang WWJD (What Would Jesus Do), dan musik pop-Kristen. Unsur 'rakyat' dalam Kekristenan populer lebih menyukai musik yang tidak terlalu populer dan tidak melakukan upaya signifikan untuk berbeda dari budaya pop Kristen; tetapi untuk menjelaskan maksud kita, budaya rakyat kita golongkan sebagai sebuah subkategori Kristen populer. Terkait teologi dan Alkitab, Kekristenan populer mengambil pandangan yang sangat kaku mengenai kebenaran.

Sebaliknya, Kekristenan Akademik, yang terdiri dari para ahli teologi dan para intelektual, menghargai tinggi percakapan dan debat teologis. Beberapa ahli teologi modern terkenal seperti N.T. Wright dan Gordon Fee telah 'menyeberang' ke lingkungan budaya populer dan banyak dibaca oleh kalangan non-akademisi. Ratusan ahli teologi lainnya yang ada dalam lingkaran akademis berbicara dan menulis dalam bahasa akademik, dan materi mereka tidak pernah menyentuh budaya populer. Tidak mengherankan, anggota kedua kelompok ini sering meremehkan anggota kelompok lainnya. Namun penting bagi kita untuk memahami dan menghargai kedua kebudayaan tersebut.

Salah satu potensi kejatuhan Kekristenan akademik dijelaskan oleh Paulus dalam 1 Korintus 8:1: "pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong." Pengetahuan adalah baik, tetapi harus selalu dipenuhi dengan kasih, yang belum tentu diajarkan dalam lingkungan akademik. Sekalipun kita memahami semua teologi dan mengetahui semua kata dalam bahasa Yunani, tetapi jika kita adalah orang-orang Kristen yang mengerikan dalam kehidupan sehari-hari kita bersama keluarga dan teman-teman kita, kita dalam masalah besar.

Namun, salah satu kekuatan Kekristenan akademik ditemukan dalam perbedaan antara dua kata ini: tidak setuju (disagree) dan tidak hormat (disrespect). Budaya Kristen populer tidak mampu menangani perselisihan dengan baik. Ketika para pemimpin budaya Kristen populer tidak setuju mengenai suatu hal, mereka cenderung memperlakukan satu sama lain dengan perilaku yang sangat tidak menghormati, menggunakan label seperti sesat, guru palsu, penghujat, bahkan antikristus. Umumnya para pemimpin tersebut tidak bersedia mendiskusikan perbedaan mereka dengan tenang dan secara terbuka, tetapi membuat pernyataan berbau fitnah dan menghakimi. Mereka takut pengikut mereka akan terpikat oleh ajaran jahat, sehingga mereka secara aktif mencoba membujuk pengikutnya untuk melawan doktrin jahat. Akibatnya, mereka mempengaruhi pengikutnya untuk juga bersikap tidak hormat terhadap orang atau gerakan tertentu. Dengan kata lain, sikap tidak hormat ini memiliki menyebar kepada semua orang yang ada di bawah pengaruh sang pemimpin.

Sebaliknya, Kekristenan akademik memiliki apresiasi yang tinggi untuk berdebat dan mendiskusikan gagasan-gagasan tanpa bersikap tak hormat. Ini penting bagi kita yang ingin belajar teologi, karena kita perlu mengenali apa yang dipercayai orang lain dan tidak setuju dengan sebagian dari mereka dengan tetap menghormati mereka sebagai manusia dan sesama orang Kristen. Nilai yang dipercaya oleh para akademisi adalah pendapat mereka sendiri, didasari oleh penelitian mereka sendiri, sehingga mereka mengatakan, "Saya percaya ini-dan-itu karena alasan berikut." Ini hanya pernyataan pribadi dan tidak memiliki pengaruh negatif. Kekristenan akademik tidak bermasalah dengan ketidaksepakatan dan tidak melihatnya sebagai penghalang untuk saling menghormati. Tidak apa bagi orang-orang ini untuk berbeda pandangan dan tetap berteman.

Orang-orang dalam budaya Kristen akademik membuat pernyataan pribadi dari ketidaksepakatan dengan orang lain tanpa bermaksud untuk mempengaruhi siapapun. Sebaliknya, pemimpin dalam budaya Kristen populer gemar membuat pernyataan fitnah terhadap para pemimpin dan gerakan lain yang disajikan sebagai fakta dan menimbulkan gelombang rasa tidak hormat di diri para pengikutnya.

Cara terbaik untuk memahami teologi adalah kesediaan untuk tidak setuju dan keterbukaan untuk belajar dari orang lain. Kristen akademik telah menjadi contoh dalam hal ini, dan adalah bijak jika kita meniru mereka. Berpikir seperti para akademisi berarti percaya bahwa kita perlu mendengar semua pandangan yang berbeda atas suatu masalah untuk dengan dapat memutuskan posisi kita sendiri dengan rasional. Dalam budaya ini, kita bebas untuk mendengar semua pemahaman yang berbeda dan sampai pada kesimpulan kita sendiri, bahkan jika kesimpulan tersebut berbeda dengan kesimpulan teman-teman atau pemimpin kita. Inilah sebabnya, dalam Kekristenan akademik, kita menemukan banyak buku yang menyajikan berbagai pandangan tentang topik tertentu. Buku-buku ini tidak ditulis oleh satu penulis yang memiliki pendapat dan menulis dengan satu pandangan. Sebaliknya, buku-buku tersebut adalah kompilasi tulisan dari para ahli teologi yang menjelaskan keyakinan pribadi mereka masing-masing.[1] Tipe lain buku yang umum terdapat dalam Kekristenan akademik adalah buku berisi respon, di mana seorang ahli teologi menulis untuk menanggapi tulisan ahli teologi lain.[2]

Sebagai bagian dari tidak setuju dengan tetap bersikap hormat (disagree with respect) adalah dengan mengutip orang-orang yang pendapatnya tidak Anda setujui secara akurat dengan menyajikan apa yang mereka katakan sesuai konteks. Akademisi sangat berhati-hati untuk melakukan hal ini, tapi sayangnya, banyak pemimpin Kekristenan populer salah menggambarkan orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka. Para pemimpin ini mengutip kata-kata orang yang tidak sepaham dengan mereka keluar dari konteks, dan membuat asumsi tentang apa yang orang lain maksudkan. Segala salah-penggambaran, kesalahpahaman, dan penyerangan terhadap orang lain ini telah terjadi untuk waktu yang lama, tetapi tidaklah mendatangkan rasa hormat atau membantu untuk menyikapi perselisihan dengan cara seperti ini. Karena itu, kita perlu belajar bagaimana untuk tidak setuju tanpa bersikap tidak hormat dan tanpa melebih-lebihkan. Dalam pembelajaran ini, tujuan kita adalah untuk memahami keyakinan orang lain dengan jelas dan cukup adil sehingga kita dapat menarik kesimpulan kita sendiri.

[1] Sebagai contoh, 'The Nature of the Atonement: Four Views' mencakup kontribusi dari empat ahli teologi terkemuka dengan pandangan yang berbeda-beda terhadap penebusan. Demikian pula buku 'Four Views on the Book of Revelation and God and Time: Four Different Views' menghadirkan empat pandangan yang berbeda mengenai Kitab Wahyu.

[2] Contoh yang bagus adalah buku Kenneth Gentry 'The Charismatics Gift of Prophecy: A Reformed Response to Wayne Grudem'. Di dalamnya, dari sudut pandang akademik, Gentry menentang dengan keras tapi dengan penuh hormat pendapat Grudem mengenai Roh Kudus.

[Jonathan Welton: Academic Christianity VS Popular Christianity; https://weltonacademy.com/blogs/jonathanwelton/50140737-academic-christianity-vs-popular-christianity, October 22, 2014, Translated by Mona]

*Note :
Veggi Tales adalah serial film animasi komputer Amerika yang menampilkan buah dan sayur dalam cerita yang membawa pesan moral berdasarkan ajaran Kristen.

29 October, 2016

2perjanjian

*Dua Perjanjian, Bukan Satu!*

Mari kita memisahkan perjanjian-perjanjian ini. Langkah yang sederhana itu akan membuat perbedaan besar dalam memahami Alkitab kita.

Selama bertahun-tahun saya bingung saat membaca Alkitab karena saya tidak mengerti aspek sederhana untuk memahami Kitab Suci ini. Perjanjian Lama dan Baru sangatlah berbeda dalam banyak hal. Allah mengatakan pada mereka yang berada dalam Perjanjian Lama bahwa akan datang satu hari dimana Dia akan membuat perjanjian baru dengan umat-Nya dan itu tidak akan seperti perjanjian yang Dia adakan dengan mereka melalui nenek moyang mereka. (Lihat Yeremia 31:31-32) Melalui Yesus Kristus, hari tersebut telah datang pada kita sehingga sekarang perjanjian yang telah Dia buat sama sekali berbeda – sama sekali tidak sama. Perjanjian itu baru dan menurut Ibrani 8:13, yang lama telah menjadi "usang." Perjanjian itu telah berlalu. Sudah tidak ada lagi, kadaluarsa, selesai, tamat!

Bukankah Perjanjian Lama itu adalah Firman Allah?

Fakta ini merupakan poin yang menonjol dalam banyak pemikiran kita. "Bukankah Perjanjian Lama itu adalah Firman Allah?" Tentu saja Perjanjian Lama sama seperti Perjanjian Baru yang merupakan bagian dalam Alkitab, akan tetapi berikut ini adalah sebuah kunci yang akan amat sangat membantu kita bila kita dapat memahaminya. Perjanjian Lama tidak dituliskan kepada kita! Hal itu dituliskan bagi kita tetapi tidak kepada kita. (Lihat Roma 15:4) Ada suatu perbedaan yang besar. Itulah mengapa Rasul Paulus memperingatkan Timotius untuk memperhatikan dengan baik agar dia dapat "membagi-bagikan dengan benar perkataan kebenaran (KJV)" saat ia mengajarkan Alkitab. (Lihat 2 Timotius 2:15) Ada banyak sekali permasalahan yang terjadi dalam pikiran dan hidup kita saat kita tidak melakukan hal itu.

Hal yang paling utama, hukum Taurat tidak pernah diberikan pada bangsa-bangsa non-Yahudi, melainkan diberikan kepada bangsa Israel. Pertimbangkanlah teks berikut ini:

Itulah ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan serta hukum-hukum yang diberikan TUHAN, berlaku di antara Dia dengan orang Israel, di gunung Sinai, dengan perantaraan Musa (Imamat 26:46).

Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan-ketetapan-Nya dan hukum-hukum-Nya kepada Israel. Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa… (Mazmur 147:19-20).

Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri (Roma 2:14).

Perjanjian Lama tidak dituliskan kepada kita! Hal itu dituliskan bagi kita tetapi tidak kepada kita.

Kapankah Perjanjian Baru dimulai?

Ingatlah hal ini: Perjanjian Baru tidak dimulai pada Matius 1:1. Perjanjian Baru dimulai pada saat kematian Yesus. Pentingnya fakta ini tidak dapat menjadi terlalu dibesar-besarkan. Ibrani 9:16 berkata, "Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu." Dengan kata lain, suatu permintaan terakhir dan wasiat tidak berarti apa-apa sampai orang yang menulisnya meninggal. Hal itu penting saat kita membaca halaman-halaman Perjanjian Baru.

Sebagai contoh, Anda akan masuk dalam dunia kebingungan jika Anda mencoba mengaplikasikan Khotbah di Bukit bagi diri Anda sendiri. Ingat Yesus belum mati saat Ia mengatakan firman tersebut. Ia sedang berbicara kepada mereka, bukan Anda. Mereka adalah kelompok orang yang berpikir bahwa mereka mampu meraih kebenaran dengan kehidupan moral mereka sehingga Yesus menunjukkan kepada mereka betapa mustahilnya hal tersebut. Dia mengucapkan perkataan seperti, "Kalau kamu bernafsu, cungkillah matamu. Kalau kamu mencuri, potonglah tanganmu." Jadi, inilah pertanyaannya: Apakah Anda benar-benar percaya bahwa itu yang harus Anda lakukan? "Tentu tidak!" akan muncul kritik sebagai respon, "Jelas sekali bukan itu yang Ia maksudkan!" Tunggu sebentar. Kalau Anda mengklaim bahwa kita seharusnya melakukan segala sesuatu yang dikatakan Yesus, maka Anda tidak dapat mengabaikan hal tersebut. Alkitab bukanlah suatu daftar menu yang dapat Anda pilih-pilih.

    Ingatlah hal ini : Perjanjian Baru tidak dimulai pada Matius 1:1. Perjanjian Baru dimulai pada saat kematian Yesus.

Pentingnya membedakan perjanjian-perjanjian dengan benar

Faktanya adalah bila kita tidak membedakan perjanjian-perjanjian dengan benar maka kita akan memperlakukan Alkitab seperti buffet dimana kita ambil yang kita suka dan meninggalkan yang tidak kita sukai. Bukan seperti itu cara untuk memperlakukan Kitab Suci, lebih baik menghormati Kitab Suci dengan menginterpretasikannya secara benar. Tidak, Yesus memang tidak memerintahkan agar Anda mencungkil keluar mata Anda. Dia bahkan tidak sedang berbicara dengan Anda.

Satu contoh lagi: Yesus berkata bila kita tidak mengampuni orang yang bersalah pada kita maka Allah tidak akan mengampuni orang-orang yang tidak mau mengampuni. (Lihat Matius 6:14-15) Apakah Anda berpikir hal itu untuk Anda? Apakah Anda sepenuhnya percaya bahwa adalah mungkin bila Anda telah mempercayai Yesus Kristus sebagai Juru Selamat Anda, berjalan bersama dengan Dia, mengenal dan mengasihi Dia, mempercayai karya yang telah Dia selesaikan di kayu salib dan sekarang jika terjadi ada orang yang bersalah pada Anda dan Anda meninggal sebelum Anda mengampuni orang tersebut maka Anda tidak akan diampuni? Setiap orang yang mau menggunakan akal sehatnya tahu bahwa hal itu sama sekali tidak benar!

Apakah jawabannya? Jawabannya adalah bahwa Yesus mengatakan hal tersebut sebelum salib – sebelum Perjanjian Baru dimulai. Perhatikan bagaimana segalanya berubah setelah salib.

Efesus 4:32: "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu". Perhatikanlah disini bahwa kita mengampuni karena kita telah diampuni bukan agar kita mendapatkan pengampunan.

Apakah yang diajarkan dalam Kolose 3:13 tentang motivasi kita untuk mengampuni orang lain? "Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian."

Lihat bagaimana segalanya berubah dengan berakhirnya Perjanjian Lama dan dimulainya Perjanjian Baru?

Marilah kita memisahkan perjanjian-perjanjian itu bagi kita. Langkah yang sederhana tersebut akan membuat perbedaan besar dalam memahami Alkitab.

[Steve McVey ;"Two Covenants, Not One". ; Maret 18, 2015, Translated Mary]

Membaca Alkitab

*BAGAIMANA MEMBACA ALKITAB TANPA MENJADI BINGUNG.*

Apakah Anda pernah jadi bingung karena apa yang tertulis di satu bagian Alkitab bertentangan dengan yang tertulis di bagian Alkitab yang lain?

Paulus katakan, keseluruhan Kitab Suci adalah tulisan 'yang diilhamkan Allah yang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran' (2 Timotius 3:16). Tapi Paulus juga mrngatakan kita harus membacanya dengan "rightly dividing the word of truth" (2 Timotius 2:15). Kita harus dapat memilah Firman Kebenaran secara tepat.

Bagaimana caranya?

Ada dua pertanyaan yang harus kita tanyakan setiap kali membaca ayat Alkitab:
(i). Apa yang ayat ini maksudkan di bawah terang karya salib yang sempurna?
(ii). Siapa penulisnya, kepada siapa ditujukan dan mengenai apa?

SALIB SEBAGAI FILTER
Hari ini saat mendengar banyak orang berkhotbah, Anda bisa menyimpulkan isi khotbah mereka membuat salib seolah tak penting, seolah tak membuat perbedaan apapun. Padahal, kematian Yesus di salib adalah satu-satunya peristiwa terpenting dalam sejarah manusia.

Sebelum salib, perjanjian yang lama yang berlaku. Tapi setelah salib, yang berlaku adalah perjanjian yang baru yang berdasarkan kasih karunia, membuat perjanjian lama menjadi usang, kuno, kedaluwarsa (Ibrani 8:13). Di bawah perjanjian lama Anda diberkati JIKA Anda baik. Di bawah perjanjian baru Anda diberkati KARENA Dia baik.

Lihatlah perbedaan kontras berikut:

Sebelum salib kita diberkati jika kita taat dan dikutuk jika kita tak taat (Ulangan 11:26-28). Sesudah salib kita diberkati karena kita telah diampuni (Roma 4:8) dan kita telah ditebus dari kutuk Taurat (Galatia 3:13).

Sebelum salib kita mengampuni supaya diampuni Allah (Matius 6:14). Tapi di salib kita diampuni tanpa syarat dan sekarang kita mengampuni karena kita SUDAH diampuni (Efesus 4:32; Kolose 3:13).

Sebelum salib mengasihi sesama berarti tidak mengingini istrinya atau harta miliknya (Ulangan 5:21). Tapi setelah salib kita mengasihi dan menerima sesama kita karena Kristus TELAH mengasihi dan menerima kita (1 Yohanes 4:19; Roma 15:7).

Sebelum salib Allah itu jauh dan tak terhampiri (Keluaran 19:12). Tapi karena salib kita yang dulu jauh telah dibawa menjadi dekat kepada Allah untuk menerima rahmat dan menemukan kasih karunia (Efesus 2:13; Ibrani 4:16).

Sebelum salib Allah menuntut kita bertanggungjawab atas dosa kita dan bahkan persembahan tidak mampu membersihkan hati nurani kita yang jahat/penuh rasa bersalah (Imamat 5:17; Ibrani 9:9). Tapi karena salib, darah Yesus membersihkan kita dari hati nurani yang jahat (Ibrani 10:22) dan Dia tidak lagi mengingat-ingat dosa kita (Ibrani 8:12).

Sebelum salib Allah berkata, "Jangan …" (Keluaran 29). Tapi setelah salib Allah berkata, "Aku akan …" (Ibrani 8:8-12). Sebelum salib perintahnya adalah "Lakukan, Lakukan, Lakukan." Setelah salib yang ada adalah "Sudah, Sudah, Sudah."

Sebelum salib kebenaran dituntut dari orang berdosa (Ulangan 6:25). Tapi setelah salib kebenaran diberikan secara cuma-cuma sebagai anugerah/hadiah (Roma 5:17).

Sebelum salib dosa Adam berarti penghukuman bagi seluruh manusia (Roma 5:18). Tapi sekarang tak ada penghukuman bagi mereka yang ada dalam Kristus Yesus (Roma 8:1).

Saat membaca Alkitab kita harus bertanya, apakah ayat yang sedang kita baca menceritakan perjanjian lama yang menghukum para pendosa, atau menceritakan perjanjian baru kasih karunia yang membuat pendosa jadi orang benar? Jika Anda adalah orang percaya, Anda tak perlu takut terhadap penghukuman Taurat. Sebaliknya, bersukacitalah karena Anda adalah kebenaran Allah dalam Kristus Yesus (2 Korintus 5:21).

Perhatikan juga siapa audiens-nya. Saat membaca Alkitab, kita juga perlu perhatikan kepada siapa ayat tersebut ditujukan. Sebab jika tidak, Anda akan 'salah makan obat'.

Ada dua jenis orang di dunia ini: yang menaruh imannya pada Yesus Kristus dan yang tidak. Karena itulah Roh Kudus membawa dua jenis penginsafan (Yohanes 16:8-10):

(i). Roh Kudus menginsafkan dunia akan dosa ketidakpercayaan (ayat 9).
Banyak ayat di perjanjian baru yang ditulis untuk orang tak percaya. Paulus, Yohanes, Petrus, Yudas dan Yakobus menyampaikan pesan kepada orang tak percaya yang tidak menyadari kebutuhan mereka akan juruselamat (misalnya di 1 Yohanes 1:5-10). Para rasul juga mengingatkan gereja mengenai orang tak percaya yang 'menyamar' sebagai nabi dan pengajar (misalnya di 2 Petrus 2). Kata-kata peringatan keras yang ditujukan kepada orang tak percaya BUKAN UNTUK DITERAPKAN pada orang-orang yang sudah dilayakkan oleh Kristus.

(ii). Roh Kudus mengingatkan orang percaya akan kebenaran mereka (ayat 10).
Kita tak butuh diingatkan mengenai kekurangan kita, tapi kita perlu diingatkan mengenai posisi kita yang selalu benar di hadapan Allah (lihat 2 Korintus 5:21). Sebagian besar kitab Perjanjian Baru ditulis untuk meyakinkan orang percaya bahwa kita adalah milik Allah dan tak ada apapun yang bisa memisahkan kita dari cinta Kristus (Roma 8:38-39). Bahkan dosa kita pun tak bisa, karena kasih karunia Allah jauh lebih besar dari dosa kita (lihat Roma 5:15). Saat kita gagal, Roh Kudus tidak menghakimi atau menuduh kita – tak ada yang namanya penghakiman bagi kita yang ada di dalam Kristus. Sebaliknya Dia mengingatkan kita bahwa kita selalu dan selamanya benar, bahwa kita selalu dijaga oleh Yesus (Yudas 24), bahwa kita adalah anak Allah (Galatia 4:6) dan bahwa pengharapan kita kuat dan aman (Ibrani 6:19). Saat kita bersalah Yesus tidak menghukum kita, Dia justru membela kita (1 Yohanes 2:1) dan Dia mengajar kita bagaimana harus berkata 'Tidak' pada segala kefasikan (Titus 2:12).

Memilah Firman dengan tepat berarti membaca Firman SESUAI KONTEKS karya salib yang sempurna. Berarti membaca dan menafsirkan Firman di bawah terang cahaya karya Yesus. Seluruh Alkitab menyingkapkan Yesus (Lukas 24:27). Bacalah Alkitab untuk menemukan Yesus.

[Paul Ellis : Rightly Dividing the Word : How to Read Your Bible Without Getting Confused; https://escapetoreality.org/2010/03/10/rightly-dividing-the-word-how-to-read-your-bible-without-getting-confused/, 10 March 2010, Translated by Mona]

Keselamatan yang tak mungkin hilang

*KESELAMATAN yang tak mungkin HILANG !*

Ketakutan terbesar saya setelah menjadi orang kristen adalah kehilangan keselamatan saya. Ketakutan ini bukan tanpa alasan, tetapi karena beberapa bagian dari alkitab memang menyatakannya demikian. Meskipun artinya tidaklah demikian! Hanya karena pengetahuan saya terbatas untuk memahami pikiran Allah – pikiran Saya membutuhkan Roh Kudus untuk menyingkapkan kebenaran-Nya, sesuai dengan janji-Nya kepada orang percaya. Yohanes 8:32. "Dan kamu akan (mengetahui kebenaran), dan 'kebenaran' itu yang akan MEMERDEKAKAN kamu." Penekanan sengaja ditambahkan.

"Kebenaran menurut bahasa Ibrani adalah tsadaq, sedangkan dalam bahasa Yunani adalah dikaioo, yang berarti mengumumkan suatu keputusan yang menyenangkan, atau menyatakan benar. Konsep ini tidak berarti menjadikan benar tetapi menyatakan kebenaran. Perihal menyatakan kebenaran merupakan konsep dalam persidangan, sehingga membenarkan berarti membubuhkan keputusan yang benar. Perhatikan perbedaan antara membenarkan dengan menyatakan salah dalam Ulangan 25:1 dan 1 Raja-raja 8:32 dan Amsal 17:15."

"Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."
Yohanes 8:36

Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa kebenaran mengacu kepada seorang pribadi bukan yang lain. Anak yang dimaksud oleh penulis Yohanes adalah pribadi Yesus Kristus. Jadi, membutuhkan pewahyuan Allah Anak untuk mengetahui kebenaran yang sejati.

* Keyakinan populer
Saya telah menemukan begitu banyak orang percaya dicengkram oleh rasa takut akan ketidakpastian berkenaan keselamatan mereka di dalam Yesus Kristus. Mereka adalah korban dari para pengkhotbah Hukum Taurat yang menekankan usaha hidup kudus dan benar untuk mendapatkan perkenanan Tuhan. Meskipun kedengarannya rohani, suatu ajaran yang menekankan pada "perbuatan baik" hanya akan membawa pada penghakiman, penghukuman, dan kematian:

"Pelayanan yang memimpin kepada kematian terukir dengan huruf pada loh-loh batu."
2 Korintus 3:7

"Sebab, jika pelayanan yang memimpin kepada ( penghukuman) itu mulia, betapa lebih mulianya lagi pelayanan yang memimpin kepada 'pembenaran'."
2 Korintus 3:9

Jangan percaya pada kebohongan. Perbuatan baik tak membawa Anda pada kebenaran. Justru menyeret Anda pada penghukuman. Paulus adalah seorang Farisi, Dia seorang pengajar Hukum Taurat, itulah sebabnya surat – suratnya sangat berbeda dengan rasul – rasul yang lain. Paulus mengkalimatkan Hukum Taurat sebagai pelayanan yang memipin kepada penghukuman dan kematian. Hukum Taurat adalah kudus dan benar. Tapi manusia adalah ciptaan yang telah rusak akibat dosa Adam (Roma 7:12-15). Dan tujuan hukum Taurat diturunkan bukan supaya manusia menuruti Hukum itu dengan sempurna, melainkan supaya manusia melihat dirinya yang jauh dari sempurna untuk menaati Hukum Taurat, sehingga timbul kesadaran bahwa mereka membutuhkan sang juru selamat.

* Keselamatan adalah PEMBERIAN bukan UPAH.
"Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,"
Filipi 2:12

Kutipan Paulus ini sering disalah pahami oleh banyak orang kristen. Sehingga kesannya keselamatan itu harus diusahakan, dikejar, dan dikerjakan dengan kemampuan diri. Lebih dari itu – keselamatan menjadi sesuatu yang tidak pasti. Jika tanggapan ini benar, maka apa bedanya keselamatan di dalam Yesus Kristus dengan keselamatan yang ditawarkan oleh semua agama dan keyakinan di dunia ini?
Memang benar, kalau hanya dinilai dari kutipan Paulus tanpa mengkaji lebih jauh ayat selanjutnya, setiap orang yang membacanya akan kehilangan esensi dari pesan kebenaran yang disampaikan oleh Paulus. Perhatikan ayat selanjutnya:

"karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." Filipi 2:13

Siapakah yang MENGERJAKAN KESELAMATAN itu? Cukup tegas bukan! Keselamatan itu pemberiaan secara Cuma – Cuma (GRATIS), itulah sebabnya dikatakan oleh kasih karunia. Ketika keselamatan dipahami sebagai hasil dari kinerja, maka keselamatan bukan lagi pemberian secara Cuma – Cuma, melainkan UPAH. Dengan begitu keselamatan menjadi begitu sukar dan mustahil untuk diperoleh.
Sangat disayangkan bahwa para pengkhotbah Hukum Taurat hanya menekankan pada ayat 12 dari surat Paulus untuk jemaat Filipi, tanpa mengkaji kebenarannya pada ayat selanjutnya, sehingga terkesan bahwa keselamatan itu diperoleh dari usaha dan kerja keras manusia melalui perbuatan baik. Ajaran ini sesat!

SUATU KEPASTIAN

"Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah."
Roma 5:8-9

Memang orang percaya memperoleh keselamatan itu secara gratis. Tetapi melalui seseorang yang telah membayarnya dengan harga yang sangat mahal, dan Ia memberikannya secara Cuma – Cuma. Kita menerimanya secara Cuma – Cuma, bukan karena keselamatan itu gratis, tapi saking mahalnya dan kita tidak dapat membayarnya, Yesus Kristus TELAH melunasinya untuk kita yang percaya.

"Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus."
Roma 8:1

Suatu kepastian. Seorang yang telah percaya MUSTAHIL untuk tidak menerima keselamatan. Keselamatan itu SUKAR bahkan MUSTAHIL untuk diperoleh melalui perbuatan baik, apapun bentuknya. Itulah sebabnya keselamatan hanya untuk DITERIMA bukan untuk diusahakan.
Itulah Injil kasih karunia yang diberitakan oleh Paulus. Tanpa USAHA dari pihak manusia, kita telah diselamatkan melalui PEKERJAAN Yesus Kristus yang telah sempurna di atas salib. Nikmatilah itu. Anda tak perlu kuatir apalagi takut, kerjakanlah keselamatan itu dengan takut dan gentar, dengang percaya kepada pekerjaan Kristus yang sempurna, dan tidak memalingkan pandangan kita dari karya salib di kalvari.

~Denny Christian

27 October, 2016

Fwd: [New post] ALLAH TIDAK AKAN MEMBIARKAN ANDA “STUCK”


---------- Pesan terusan ----------
Dari: dailygracia <donotreply@wordpress.com>
Tanggal: 17 Oktober 2016 07.45
Subjek: [New post] ALLAH TIDAK AKAN MEMBIARKAN ANDA "STUCK"
Kepada: shelbywin@gmail.com


dailygracia posted: " Saat kita mengerti bagaimana Allah berinteraksi dengan kita, hidup kita berubah. Kita akan mampu melihat apa yang sedang Allah lakukan di dalam kita, dan apa yang sedang Dia lakukan melalui kita. Tanpa bingung membedakan keduanya. Kita jadi bisa berad"

New post on dailygracia

ALLAH TIDAK AKAN MEMBIARKAN ANDA "STUCK"

by dailygracia

image

Saat kita mengerti bagaimana Allah berinteraksi dengan kita, hidup kita berubah. Kita akan mampu melihat apa yang sedang Allah lakukan di dalam kita, dan apa yang sedang Dia lakukan melalui kita. Tanpa bingung membedakan keduanya. Kita jadi bisa berada dalam hadirat-Nya, menerima pewahyuan, tuntunan dan kasih-Nya.

Namun hal ini biasanya bukan pengalaman yang serta merta. Menantikan Allah butuh kesabaran, karena ada waktu yang tepat untuk segala sesuatu. "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya," demikian Pengkhotbah 3:1 mengingatkan kita.

Read more of this post

dailygracia | October 16, 2016 at 11:45 pm | Categories: Uncategorized | URL: http://wp.me/p6zxkP-tJ

Unsubscribe to no longer receive posts from dailygracia.
Change your email settings at Manage Subscriptions.

Trouble clicking? Copy and paste this URL into your browser:
https://dailygracia.wordpress.com/2016/10/16/allah-tidak-akan-membiarkan-anda-stuck/



Iman siapa ?

APAKAH KITA DIBENARKAN OLEH IMAN KEPADA YESUS ATAU OLEH IMANNYA YESUS?

Roma 5:1 
Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.

Kebanyakan orang menafsirkan ayat ini adalah bahwa iman kita kepada Yesus Kristus adalah katalis supaya kita dibenarkan. Hal ini menempatkan beban pada kita untuk beriman kepada-Nya supaya dibenarkan.

Namun bukan itu yang sebenarnya diajarkan Alkitab, juga bukan pandangan gereja mula-mula. IMAN adalah saluran yang melaluinya pembenaran datang, tetapi IMAN YESUSlah yang telah membenarkan kita. Yesus tidak menunggu kita melakukan sesuatu supaya kita dapat dibenarkan melalui perbuatan kita sendiri.

Dua kata yang sangat penting dalam diskusi tentang pembenaran ini adalah - KEPADA - dan - NYA -. Dibenarkan oleh iman kepada Yesus sangat berbeda dari dibenarkan oleh imannya Yesus Kristus yang telah membenarkan kita. Yesus tidak menunggu kita melakukan sesuatu supaya kita dapat dibenarkan melalui perbuatan kita sendiri.

Roma 3:22 
yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan.

Kebenaran Allah datang oleh iman, TETAPI IMANNYA SIAPA? Alkitab versi KJV memgatakan oleh imannya Yesus Kristus tetapi Alkitab versi NIV memgatakan oleh iman kepada Yesus Kristus (Catatan kaki dalam Alkitab versi NIV menunjukkan bahwa ayat ini dapat diterjemahkan, "melalui ketaatan Yesus Kristus,"). Kita lihat betapa pentingnya perbedaan ini! Perbedaan terletak pada apakah sumber kebenaran kita itu adalah iman Yesus atau iman kita.

Galatia 2:16 
Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus (IMANNYA YESUS KRISTUS). Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus (IMANNYA YESUS KRISTUS) dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorang pun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.

Sekali lagi, apakah kita dibenarkan oleh imannya Yesus Kristus atau dengan beriman kepada Kristus Yesus?

Perbedaan antara keduanya sangat besar. Bagaimana kita menjawab pertanyaan itu akan menentukan teologi kita dalam bidang ini.

Galatia 2:20 
namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku (Iman kita di dalam IMAN YESUS KRISTUS). Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah (Imannya Yesus Kristus) yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.

Sekali lagi iman siapa yang menjadi katalis untuk kebenaran kita -- Iman Yesus atau iman kita? Bukan iman kita, melainkan imannya Yesus Kristus yang telah menjadikan kita benar.

Kita tidak boleh mengabaikan satu prinsip penting dalam menafsirkan Alkitab bila kita ingin memahami dengan benar. Prinsip itu adalah prinsip Kristosentris (Berpusat pada Kristus), Cara lain untuk menafsirkan Alkitab adalah pendekatan egosentris (berpusat pada diri sendiri).

Mana yang kita percayai sebagai cara terbaik untuk memahami Alkitab akan menentukan sudut pandang kita tentang karya Yesus di kayu salib. Amin.

Kuncinya adalah Konsistensi

Pentingnya pembedaan antara kata KEPADA dan NYA dapat dilihat lebih jauh dalam dua teks dari surat Roma. Perhatikan baik-baik konteks kata iman dalam kedua teks ini. Yaitu

Roma 3:25-26
25 Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.
26 Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.

Perhatikan secara khusus frase "percaya kepada Yesus" pada ayat 26

Sekarang bandingkan dengan apa yang dikatakan Roma 4:16 tentang iman: "Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, —

Teks pertama mengacu kepada "iman kepada Yesus", sedangkan teks kedua menyebutkan "iman Abraham", dengan perkataan lain, "imannya Abraham". Ayat yang satu menggunakan kata KEPADA, dan ayat lainnya memilih pengertian NYA, atau MILIK.

Ini contoh yang sangat bagus tentang mengapa sangat banyak orang sampai pada pengertian yang keliru tentang iman. Apakah kita heran mengetahui bahwa Roma 3:26 dan Rm 4:16 menggunakan KATA-KATA YANG SAMA, dengan perkecualian nama Yesus dan Abraham. Hanya nama-namanya saja yang berbeda, namun ayat-ayat itu diterjemahkan persis sama!

Para penerjemah Alkitab versi NASB memilih menerjemahkan referensi kepada Yesus sebagai "iman kepada Yesus", tetapi mereka tidak menerjemahkan referensi kepada Abraham sebagai "iman kepada Abraham". Sebaliknya, mereka memilih menerjemahkan dengan benar sebagai "iman Abraham", Bila NASB konsisten, Roma 3:26 akan seperti ini, "Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa kita, supaya nyata, bahwa Yesus benar dan juga membenarkan orang yang mempunyai IMANNYA YESUS," (Catatan kaki NASB memberikan ini sebagain terjemahan alternatif).

Ketidakkonsistenan di sini mengingkari perkiraan para penerjemah. Mereka tidak akan mengatakan bahwa Paulus sedang mengatakan pada pembacanya seharusnya beriman KEPADA Abraham, tetapi mereka juga tidak mengatakan bahwa kita dibenarkan oleh imannya Kristus. Pandangan mereka jelas -- bahwa kita dibenarkan karena beriman kepada Kristus.

Iman Yesus atau Iman saya?

Pertanyaannya adalah, Iman Yesus atau iman kita yang diperhitungkan? Jawabannya adalah ya, keduanya. IMAN YESUS menjadi iman kita. Perhatikan bagaimana Rasul Paulus menjelaskan dalam Galatia 3:22 (Alkitab versi King James), " Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena imannya Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya."

Iman Yesus Kristus sudah menghapuskan dosa kita, mendamaikan kita dengan Bapa, memberi kita pengampunan, menjadikan kita sebagai orang benar, dan banyak hal lainnya.

Keuntungan-keuntungan dari salib itu secara objektif dan faktual benar karena Dia. Ketika Yesus berkata, "Sudah Selesai", Yesus bersungguh-sungguh mengatakannya! Apa yang sudah diselesaikan memang sudah selesai.

Roma 1:17 mengatakan, "Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman." Dari iman dan memimpin kepada iman -- apa artinya? Artinya, iman Yesus menjadi iman kita. Ketika Rasul Paulus menulis bahwa orang benar akan hidup oleh iman, ia sedang mengacu kepada habakuk 2:5, yang menguraikan dengan jelas maksud pernyataan Paulus kepada jemaat di Roma, "Tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya," Sama sekali tidak salah bila mengatakan bahwa iman kita itu penting, tetapi sama pentingnya juga mengakui bahwa tidak ada dasar untuk iman kita kalau iman itu tidak bersumber di dalam iman Dia. Ketika kita percaya, kita mulai menjalankan di dalam dimensi waktu apa yang sudah ditetapkan di dalam kekelan.

Penebusan yang dilakukan Kristus tidak memengaruhi kita hanya karena kita mempercayainya. Ini memengaruhi setiap orang entah kita percaya atau tidak. Itulah Injil yang membuat Injil sangat menarik. Tidak seorangpun terkecualikan di salib. Semua manusia berada di dalam Dia pada hari yang mengerikan sekaligus indah itu.

Selamat merenungkan
Tuhan Yesus Memberkati

Pagi bro & sis,
Wah diskusinya panjang sekali, sy blm mencerna satu persatu, tapi nangkap intinya ttg iman ya: iman saya atau iman Yesus

Saya mau urun rembug seblm kerja ah, iman itu adalah Kristus sendiri, sebelum Kristus datang ga ada iman. Coba search kitab2 PL, kita ga akan nemu kata iman di seluruh PL, krn ini alasannya:

Galatia 3:23-25  Sebelum IMAN itu DATANG kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan.
Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai KRISTUS DATANG, supaya kita dibenarkan karena iman.
Sekarang IMAN itu telah DATANG, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.

26 October, 2016

Duri dlm daging

*DURI DALAM DAGING PAULUS*

7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.
8 Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
(2 Korintus 12:7-10)

Duri dalam daging yang disebutkan Paulus ini telah dipakai dan disalahgunakan oleh banyak orang Kristen untuk membenarkan diri karena tunduk kepada hampir setiap masalah yang datang. Iblis telah memelintir bagian Alkitab ini untuk menipu begitu banyak orang supaya percaya bahwa jika Allah tidak menyembuhkan Paulus, bagaimana mungkin mereka berharap disembuhkan? Mari kita memeriksa lebih dekat dan mencari tahu apa itu "duri dalam daging" Paulus.

Pertama-tama, "duri" ini datang karena begitu berlimpahnya pewahyuan yang Paulus terima. Sampai seseorang memiliki pewahyuan yang berlimpah, yang setara dengan apa yang telah Paulus terima, dia tidak akan memiliki "duri." Hal ini akan mendiskualifikasi semua orang yang bersembunyi di balik alasan duri dalam daging Paulus.

Kemudian, ayat 7 mengatakan bahwa duri itu datang supaya Paulus tidak meninggikan diri. Secara tradisional, duri tersebut ditafsirkan sebagai cara menjaga Paulus tetap rendah hati. Oleh sebab itu, pasti Allah yang menciptakannya, karena hanya Allah yang ingin Paulus tetap rendah hati. Tetapi ada cara yang saleh untuk dapat ditinggikan. Satu Petrus 5:6 mengatakan, "Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya." Mereka yang menundukkan diri (rendah hati) kepada Allah akan ditinggikan oleh Allah. Paulus tidak berbicara tentang meninggikan diri melalui kebanggaan diri sendiri, sebaliknya sedang berbicara bahwa duri itu datang dari iblis untuk menghalangi Paulus ditinggikan oleh Allah di hadapan orang-orang. Orang-orang pasti menerima apa yang Paulus khotbahkah jika pesan Paulus "menyenangkan" bagi mereka. Tetapi ada utusan iblis yang selalu menggocoh Paulus dan membuat orang yang lemah hati takut berkomitmen kepada Yesus, yang Paulus beritakan.

Allah membuat besar, atau meninggikan Yosua di hadapan umat-Nya (Yosua 3:7). Dia kembali melakukannya atas orang-orang yang dipakai-Nya dalam perjanjian yang baru [new covenant] (Kisah Para Rasul 5:13). Jadi, kita melihat bahwa peninggian yang dibicarakan bukanlah hal negatif tetapi hal yang saleh. Dan semakin memperkuat fakta bahwa duri itu bukanlah perbuatan Allah.

Dalam ayat 7, tepat setelah duri dalam daging disebutkan, ada frasa yang yang mengatakan, "yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku." Inilah penjelasan tentang apa gerangan duri itu sebenarnya. Duri bukanlah sesuatu hal (thing) melainkan utusan iblis. Kata yang digunakan sebagai "utusan" di ayat ini selalu diterjemahkan sebagai malaikat atau utusan dan mengacu pada makhluk ciptaan. Jadi, duri dalam daging Paulus sebenarnya adalah roh jahat yang dikirim iblis untuk menggocoh dia. Kata "menggocoh" berarti menyerang berulang kali seperti gelombang ombak menghempas pantai.

Bagaimana kuasa jahat ini terus menyerang Paulus? Secara tradisional diajarkan bahwa Paulus diserang dengan penyakit, dan yang membuat banyak orang menerima pengajaran ini adalah penggunaan kata-kata "weakness" dan "infirmity" (sama-sama diterjemahkan sebagai kelemahan) dalam ayat 9 dan 10. Kelemahan memang berarti penyakit dan digunakan dengan arti yang sama dalam 1 Timotius 5:23, tetapi bukan itu satu-satunya arti kata tersebut. Definisi kedua infirmity adalah kekurangan atau ketidakmampuan. Contohnya, dalam Roma 8:26 dikatakan, "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita." Dalam ayat ini, jelas konteks kata kelemahan tidak berbicara tentang penyakit melainkan ketidaktahuan apa yang akan didoakan. Pikiran kita yang terbatas merupakan kelemahan atau kekurangan.

Jika kita melihat konteks duri dalam daging Paulus, kita menemukan bahwa kelemahan tidak berarti penyakit dalam 2 Korintus 12:9 dan 10. Dalam 2 Korintus 11:30, Paulus menggunakan istilah yang sama dalam "glorying in infirmities" (bermegah dalam kelemahan) yang digunakan hanya beberapa ayat setelah dia berbicara tentang duri ini. Dalam pasal kesebelas dia baru saja membuat daftar kelemahan-kelemahan itu. Dalam ayat 23-29 pasal tersebut, dia membuat daftar hal-hal seperti penjara, bilur-bilur, karam kapal, dan dilempari batu; tidak satupun yang berbicara tentang penyakit. Ayat 27 menyebutkan kelemahan dan kesakitan (painfulness), yang oleh beberapa orang telah dicoba untuk diartikan sebagai penyakit (sickness), tetapi lebih mungkin kata itu mengarah kepada berjerih lelah (weary) dan menderita kesakitan dari hal-hal seperti dilempari batu hingga hampir mati (Kisah Para Rasul 14:19). Semua hal dalam daftar 2 Korintus 11 menyebut penganiayaan sebagai kelemahan. Jadi, dalam konteksnya, duri dalam daging Paulus adalah malaikat atau utusan yang dikirim Iblis yang terus-menerus menimbulkan penganiayaan terhadap dirinya. Hal ini dibuktikan oleh tiga referensi Perjanjian Lama (Bilangan 33:55; Yosua 23:13 dan Hakim-hakim 2:3), saat ada orang yang dianggap sebagai "thorns by your side" (TB: menjadi musuhmu) dan "thorns in your eyes" (duri di matamu).

Paulus meminta Tuhan untuk melepaskan dia dari penganiayaan, bukan penyakit, dan Tuhan mengatakan bahwa kasih karunia-Nya cukup baginya. Kita tidak ditebus dari penganiayaan, dan Paulus kemudian menyatakannya dalam 2 Timotius 3:12, "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya." Karena itu, dengan senang hati, Paulus bermegah (gloried) di dalam penganiayaan, celaan, kekurangan dan kesusahan sehingga kuasa Kristus turun menaunginya (2 Korintus 12:9). Kata "glory" adalah kata Inggris kuno yang berarti memiliki kuasa atau memerintah. Kata ini digunakan dalam Keluaran 8:9 saat Musa mengatakan kepada Firaun untuk memerintahkan dirinya (glory over him) untuk melenyapkan katak-katak yang meliputi tanah Mesir. Jadi ketika Paulus berbicara tentang bermegah atas kelemahan atau penganiayaan, dia berbicara tentang kemenangan bahkan di tengah-tengah gangguan yang terus-menerus datang.

Dalam Kisah Para Rasul 14:19, Paulus dilempari batu dan dikira mati, tetapi Allah membangkitkan dia, dan hari berikutnya dia berjalan setidaknya dua puluh mil ke kota berikutnya dan mulai berkhotbah lagi. Allah tidak menghentikan penganiayaan, namun kekuatan Allah sempurna dalam kelemahan Paulus (ayat 9). Dapatkah Anda membayangkan apa yang dipikirkan oleh orang-orang yang melempari dia? Mereka bisa melihat manusia Paulus luka-luka dan memar, tetapi mereka juga bisa melihat kekuatan supernatural Allah mengalir melalui dia. "Sebab jika aku lemah, maka aku kuat" (ayat 10).

Ada dua ayat lain dalam Kitab Suci yang digunakan oleh orang yang mempercayai bahwa duri dalam daging Paulus adalah penyakit, untuk membuktikannya. Salah satunya adalah Galatia 4:13-15. Dalam ayat ini Paulus mengatakan bahwa dia memberitakan Injil kepada orang Galatia ini melalui infirmity of the flesh (TB: sakit pada tubuhku), dan dalam ayat 15, dia katakan bahwa orang-orang Galatia pasti bersedia mencungkil mata mereka sendiri dan memberikannya kepada Paulus. Tentang ayat ini, saya pernah mendengar para pelayan Tuhan memberitakan bahwa duri dalam daging Paulus adalah penyakit kuno langka yang ditandai dengan mata yang bengkak dan berair. Tetapi mari kita lihat kepada siapa Paulus berbicara ketika dia mengatakan hal tersebut. Dia menulis kepada orang-orang yang tinggal di wilayah yang dikenal sebagai Galatia, dengan kota-kota utama Derbe, Listra, dan Ikonium. Peristiwa yang disebutkan sebelumnya, yakni Paulus dilempari batu hingga hampir mati, terjadi di Listra, sebuah kota Galatia. Hari berikutnya Paulus berjalan ke Derbe, kota lain di Galatia, dan mulai berkhotbah kepada mereka. Saya yakin mata Paulus pasti bengkak dan berair, dengan tubuh penuh luka dan memar, tetapi itu bukan karena penyakit. Tetapi karena Paulus baru saja dirajam. Dia juga mengatakan dalam ayat 13 bahwa kelemahan itu disandangnya "pertama kali," yang menyiratkan kesan hal itu hanya sementara dan dia pulih darinya.

Ayat Kitab Suci selanjutnya yang digunakan untuk mengatakan duri dalam daging Paulus adalah penglihatan yang buruk juga terdapat di Galatia, pasal 6, ayat 11, yang mengatakan, "Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri." Orang-orang mengatakan penglihatan Paulus begitu buruk sehingga dia harus menulis dalam huruf besar, dan inilah kelemahan yang Paulus maksudkan. Tetapi itu hanyalah anggapan yang tidak cukup kuat. Jauh lebih dapat dipercaya bahwa dia semata mengacu pada panjangnya surat yang telah dia tulis kepada jemaat Galatia.

Alasan mengapa sangat penting untuk menyadari bahwa duri dalam daging itu bukanlah sesuatu yang Yesus mati untuk menebus kita darinya, seperti penyakit, adalah supaya kita tidak tunduk kepada hal-hal tersebut. Yakobus 4:7 mengatakan, "Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!" Kita harus menolak, atau melawan secara aktif setan dan hal-hal yang dibawanya, untuk melihat mereka melarikan diri. Iblis telah menggunakan pengajaran tradisional tentang duri dalam daging Paulus untuk membuat banyak orang Kristen tunduk kepadanya. Tetapi, puji Tuhan, Anda akan mengetahui kebenaran dan kebenaran, akan memerdekakan Anda.

[Andrew Wommack : Paul's Thorn In The Flesh, http://www.awmi.net/reading/teaching-articles/pauls_thorn/, Translated by Paul Prasetyo]