08 March, 2018

MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA : MASALAH GEREJA EFESUS (Wahyu 2:1-7)

MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA : MASALAH GEREJA EFESUS (Wahyu 2:1-7)

Dalam Wahyu 2:4, Yesus mencela gereja Efesus karena telah meninggalkan 'cinta pertama' mereka. Membuat Wahyu 2:4 ini banyak dipakai oleh pengkhotbah dan penulis lagu untuk menggambarkan kasih manusia kepada Allah. 
"Ingatlah bagaimana kasih mula-mulamu pada Yesus". 
"Sekarang kembalilah ke kasih mula-mula".

Saya tidak sependapat.

Saya dan istri saya Camilla sudah menikah selama 11 tahun. Setiap tahun rasa cinta kami makin berkembang. Saya mencintainya lebih besar dari saat awal kami menikah. Kapasitas kami untuk mencintai satu sama lain bertambah. Cinta kami semakin mendalam. 
Kenapa? Karena kami telah melewati banyak hal bersama. Kami membesarkan anak-anak bersama. Kami menghadapi maut bersama.
Jadi jika ada yang bilang pada saya untuk 'kembali kepada cinta mula-mula' saya terhadap Camilla, saya rasa itu adalah suatu kemunduran.

Sama halnya dengan perjalanan saya bersama Yesus. Saya makin mengenal dan mencintai Yesus daripada sebelumnya.
Kami telah melalui banyak hal bersama, Dia dan saya. Kami berada di puncak gunung dan di dasar lembah bersama. Menghadapi kematian bersama. Dia selalu mengenal saya seutuhnya, dan saya makin mengenal Dia dan cintaNya yg tak terbatas pada saya.

Anda mengerti kan jika saya katakan di mata saya Yesus semakin 'besar' dan 'baik' setiap tahunnya?

Saat Yesus mengatakan kepada jemaat Efesus bahwa mereka telah meninggalkan cinta pertama -kasih yang semula, menyuruh mereka bertobat dan melakukan lagi apa yang pernah mereka lakukan; apa yang sebenarnya Yesus maksudkan?

Bagi orang yang menyamakan 'kasih' dengan 'perbuatan', jemaat Efesus dianggap telah kehilangan semangat mereka. 
Tidak berapi-api lagi. 
Tidak bernyala-nyala lagi.
Mungkin 'kubu doa' mereka terasa garing. Mungkin 'komsel' mereka terasa hambar.
Mungkin ibadah mereka terus berlangsung tapi tak lagi bersemangat.
Sedihnya, tak sulit menemukan gereja model begini saat ini.

'Obat' yang umum bagi masalah seperti ini adalah 'kebangunan rohani'. Mereka mengaku dosa, bertobat lalu sibuk dengan sejumlah program baru ini-itu.
Jika tidak, nanti hal buruk akan terjadi : kaki dian akan diangkat!

Saat anda mengkhotbahkan pesan semacam ini, jemaat akan langsung bergerak kembali. 
Mereka akan bersemangat, tapi tanpa sukacita.
Mereka akan sungguh-sungguh, tapi tak ada buah/hasil.
Dan dalam setahun-dua tahun, jemaat akan kelelahan dan kembali 'mati segan hidup tak mau' seperti sebelumnya.

Masalah sebenarnya di gereja Efesus adalah mereka KEHILANGAN PEMAHAMAN MENGENAI KASIH ALLAH KEPADA MEREKA!
Mereka LUPA mereka adalah anak kesayangan Bapa surgawinya.
Mereka mungkin gereja yang 'sibuk', tapi sibuk atas dasar kasih mereka kepada Tuhan, bukan kasih Tuhan pada mereka.

Apakah anda mengenal kasih Allah?

Dalam suratnya pada jemaat Efesus, Paulus berdoa agar mereka 'mengenal kasih Allah' (Ef 3:18). 
Paulus TIDAK BERDOA agar mereka bertumbuh dalam kasih mereka pada Allah.
Ada orang yang berpikir bahwa karena kita memiliki kodrat ilahi, itu membuat kita mampu mengasihi seperti Allah, tapi bukan itu yang Paulus katakan.
Yang Paulus katakan adalah agar kita dapat 'MENGENAL' kasih Kristus.

Yohanes, murid yang dikasihi, sekali waktu pernah menjadi anggota jemaat Efesus dan ia pernah mengingatkan jemaat ini bahwa "kasih berasal dari Allah" (1 Yoh 4:7).

Kasih sejati BUKANlah kasih kita kepada Dia.
Tapi kasihNYA kepada kita (1 Yoh 4:10).
Kasih yang kita miliki itu mengalir dari dan adalah respon kepada kasihNYA.
Dialah SUMBER kasih kita.

Jadi dalam Wahyu 2:4 Yesus sebenarnya sedang mengatakan kepada jemaat Efesus, "Kalian telah meninggalkan SUMBER KASIHmu, PROTO AGAPE, Kasih yang AWAL, kasih yang UTAMA."

Yesus memang memuji pekerjaan, jerih payah dan ketekunan mereka tapi lalu mengatakan bahwa mereka 'tidak melakukan' apa yang dulu mereka lakukan.
Mereka sibuk, tapi hampa kasih.
Terdengar seperti gereja yg kembali ke bawah Taurat, ya?
Mereka memulai dengan kasih karunia tapi mencoba mencapai tujuannya dengan usaha manusia.

Paulus pernah berkata pada jemaat ini bahwa mereka didudukkan di surga bersama Yesus (Ef 2:6), tapi saat surat Wahyu ditulis tampaknya mereka sudah melupakan pesan Paulus itu.
Mereka tidak lagi dalam 'posisi istirahat' (resting), tapi berusaha (striving).
Mereka terjun bebas dari tempat duduk di surga ke usaha duniawi. 
Mereka jatuh dari kasih karunia. 
Mereka dikenal karena usaha sendiri, bukan karena karya Yesus.
Seperti jemaat Galatia mereka sudah meninggalkan kasih karunia dan tidak hidup dengan iman. 
Seperti jemaat Laodikia mereka mencampur kasih karunia dan Taurat, membuat mereka berakhir dalam kesuaman.

Solusinya apa?
Sama seperti jemaat Galatia dan Laodikia, mereka perlu bertobat. Mengubah pikiran mereka. Mengubah 'teologi' mereka. 
Mereka harus melakukan apa yang DULU pernah mereka lakukan : PERCAYA PADA KEBAIKAN DAN KASIH ALLAH YANG DINYATAKAN DALAM YESUS.

Pelajaran untuk kita...

Kita terpanggil menjadi saksi kasih karunia Allah di dunia ini, bukan saksi kekuatan usaha manusia. 
Seperti jemaat Efesus, kita harus melakukan 'pekerjaan' Allah, yaitu "PERCAYA pada Dia yang diutus Allah" (Yoh 6:29). 
Iman pada Allah tidak ditunjukkan dalam usaha manusia tapi dalam kuasa Roh Kudus.
Kita dipanggil untuk menyatakan Yesus, bukan menyatakan diri kita sendiri.

Gereja yang berjalan dalam pewahyuan tentang kasih karunia Tuhan akan membebaskan yang tertawan dan membangkitkan yang mati.
Orang-orang miskin, selain mendapat paket sembako, juga akan mendengar kabar baik yang membebaskan mereka.
Orang-orang sakit, selain menerima kunjungan di RS, juga dipulihkan oleh orang percaya yang tahu mereka pnya otoritas dalam nama Yesus untuk menyembuhkan yang sakit.

Yesus memperingatkan akan mengambil kaki dian/lampstand dari jemaat Efesus. Apa itu?
Kaki dian adalah gambaran GEREJA ITU SENDIRI (Wahyu 1:20). 
Peringatan ini berlaku juga untuk semua gereja yang berusaha mencampuradukkan usaha manusia dengan kasih karunia Ilahi.
Anda tak bisa menyimpan anggur baru kasih karunia dalam kantung usaha manusia tanpa merusak keduanya.

Saya membayangkan dalam sebuah gereja seperti Efesus, ada seseorang yang resah melihat kondisi jemaat yang menekankan pada penampilan dan terjadi banyak manipulasi. Jika gereja ini tak berubah pikiran/bertobat, bisa saja seseorang ini keluar dan membentuk gereja baru. Jika ini terjadi, berarti kaki dian sudah berpindah.

Sebuah gereja yang sehat, sebagaimana juga sebuah pernikahan yg sehat, adalah yang mengingat 'proto agape' nya. Berdiri di atas batu karang kasih Yesus. 
Jika gereja anda (atau pernikahan anda) tidak demikian, saya berdoa dengan doa Paulus,

"Aku berdoa agar kamu berakar dan berdasar di dalam kasih, sehingga kamu bersama-sama dengan segala orang kudus memiliki pengertian, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu --sekalipun kasih itu tak kan pernah sepenuhnya dapat dimengerti dan dipahami -- dan supaya kamu dipenuhi oleh kepenuhan Allah."
(Efesus 3:17-19, GNB)

[Translated from "Forsaking Your First Love : What Was the Ephesians' Problem? (Rev 2:1-7)" by Paul Ellis, April 5, 2010]